REPUBLIKA.CO.ID, TASHKENT -- Presiden Uzbekistan Islam Karimov wafat di usia 78 tahun. Karimov tidak menunjuk siapa penerus tampuk kepemimpinannya. Sejumlah analisis mengatakan kemungkinan penerus kepemimpinannya akan diputuskan secara tertutup oleh sekelompok kecil pejabat senior dan anggota keluarga.
Jika mereka gagal menyepakati kompromi, maka akan membuka kemungkinan konfrontasi dan mengacaukan kondisi Uzbekistan yang berbagi perbatasan dengan Afghanistan dan telah menjadi target militan Islam. Uzbekistan adalah eskportir besar kapas dan juga kaya akan emas dan gas bumi.
Dilansir Reuters, Sabtu (3/9), pemakaman Karimov sendiri akan berlangsung di kampung halamannya di Samarkand, di mana ibunya dan dua saudaranya juga dikuburkan di sana. Pemerintah kota setempat telah memobilisasi para pekerja umum untuk membersihkan tengah jalan-jalan.
Menurut Federal AS, Bandara Samarkand ditutup untuk menyambut kedatangan pesawat pengangkut jenazah Karimov, kecuali untuk pesawat yang beroperasi secara resmi di tanggal tersebut. Ini menunjukkan pemerintah membuka jalan bagi delegasi asing resmi yang hendak melayat Karimov.
Beberapa orang yang berpotensi menjadi penerus Karimov di antaranya Perdana Menteri Shavkat Mirziyoyev dan Wakilnya Rustam Azimov. Kepala Dinas Keamanan Rustam Inoyatov dan adik perempuan Karimov, Lola Karimova-Tillyaeva juga bisa menjadi pembuat keputusan.
Menurut konstitusi, Ketua Majelis Tinggi Parlemen Nigmatilla Yuldoshev seharusnya mengambil alih sementara kepemimpinan setelah kematian Karimov hingga adanya pemilihan dalam waktu tiga bulan ke depan. Siapa pun nantinya pengganti Karimov, harus mampu menyeimbangkan hubungan antara barat, Rusia, Cina mengingat semuanya berpengaruh terhadap sumber daya wilayah Asia Tengah. Pemimpin baru juga harus menyelesaikan ketegangan dengan negara tetangga yakni Kirgistan dan Tajikistan yang terlibat sengketa perbatasan dan penggunaan sumber daya umum seperti air.
(Baca Juga: Presiden Uzbekistan Tutup Usia)