REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Binatang gorila yang merupakan jenis gorila terbesar di dunia saat ini terancam punah, setelah meningkatnya perburuan liar di Republik Demokatik Kongo.
Gorila yang dikenal dengan nama Gorila Timur (Gorilla beringei) ini sekarang hanya tinggal sekitar 5.000 ekor, dan sekarang berada dalam keadaan kritis, menurut keterangan yang disampaikan dalam Konferensi Internasional Mengenai Konservasi Alam (IUCN) di Honolulu, Hawaii.
Menurut daftar terbaru IUCN mengenai binatang yang terancam punah, empat dari enam jenis gorila besar sekarang ini sedang dalam keadaan sangat kritis dan tinggal selangkah lagi dari punah.
Selain Gorila Timur, binatang lain yang terancam punah itu adalah Gorila Afrika Barat, Orang Utan di Kalimantan, dan Orang Utan Sumatra. "Menyaksikan Gorila Timur ini-salah satu sepupu terdekat manusia-menuju ke arah kepunahan adalah hal yang sangat mengkhawatirkan," kata Direktur Jenderal IUCN, Inger Andersen.
Mengapa terancam punah ?
Menurut data terbaru yang dikeluarkan IUCN, perang, perburuan, serta hilangnya habitat dan pengungsian dalam 20 tahun terakhir menyebabkan populasi menurun hampir 70 persen. Menurut para pakar, meski membunuh gorila merupakan tindakan pelanggaran hukum, namun perburuan adalah ancaman terbesar bagi keberadaan binatang ini.
Menurut John Robinson, seorang ahli primata dan pakar konservasi utama di Wildlife Conservation Society, peristiwa pembantaian etnis di Rwanda yang melibatkan warga Tutsi dan Hutu di sana berakibat buruk terhadap kehidupan gorila juga.
"Pembantaian ini menyebabkan banyaknya pengungsian warga Rwanda yang mengungsi ke daerah timur Republik Demokratik Kongo, mereka berpindah ke daerah yang sebelumnya jarang dihuni oleh manusia. Inilah yang kemudian membuat situasi semakin memburuk," ujarnya.
Beberapa kalangan memburu gorila untuk dijadikan makanan, sementara aktivitas seperti pertambangan dan produksi arang dan pemukiman manusia mengambil lahan yang biasa ditempati oleh gorila.
"Mereka yang berpindah ke bagian di Republik Demokratik Kongo melihat gorila sebagai makanan yang lezat. Ini merupakan sebuah bencana, melihat punahnya salah satu pertalian paling dekat dengan manusia di planet ini," katanya.
Program 'penyewaan panda' selamatkan panda raksasa
Usaha konservasi yang dilakukan di Cina selama beberapa puluh tahun terakhir telah berhasil menyelamatkan panda raksasa, dengan statusnya sekarang berubah dari berbahaya menjadi rentan. Menurut perkiraan terakhir dari IUCN, jumlah panda raksasa dewasa saat ini adalah 1.864, meskipun angka pastinya tidak tersedia, namun dengan anak-anak panda, secara keseluruhan di dunia saat ini ada 2.060 panda.
"Bukti dari serangkaian survei nasional menunjukkan penurunan populasi panda sudah berhenti, dan jumlahnya sekarang mengalami peningkatan," kata laporan IUCN.
Hal paling utama yang dilakukan Cina untuk mengembalikan populasi panda ini adalah menanam kembali pohon bambu yang menjadi makanan utama dan tempat berlindung mereka.
Lewat program rent-a-panda (penyewaan panda), program pembiakan kembali, Cina juga mengirimkan panda ke berbagai kebun binatang di seluruh dunia, dengan imbalan dana, yang kemudian digunakan untuk usaha konservasi.
Namun IUCN mengatakan, kabar baik mengenai panda ini bisa berlangsung sebentar saja. Meningkatnya suhu bumi karena pemanasan global, diperkirakan akan menghancurkan 30 persen habitat bambu di seluruh dunia dalam waktu 80 tahun mendatang.
Daftar merah yang dikeluarkan IUCN mengenai binatang langka menyebutkan adanya 82.952 spesies, baik tanaman maupun binatang di dunia ini. Dari itu, sepertiganya, yaitu 23.928, terancam punah.