Senin 19 Sep 2016 09:12 WIB

Penyidik AS Telusuri Tiga Serangan Beruntun Akhir Pekan Lalu

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Budi Raharjo
Petugas mengamankan lokasi ledakan di Manhattan, New York, Ahad (18/9).
Foto: ap
Petugas mengamankan lokasi ledakan di Manhattan, New York, Ahad (18/9).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Penyidik Ffederal Amerika Serikat mencari kemungkinan keterkaitan kelompok teroris dengan tiga serangan pada akhir pekan, Ahad (18/9). AS diguncang bom di kota New York dan  New Jersey juga penusukan di sebuah pusat perbelanjaan di Minnesota.

Otoritas mengatakan semua aksi kriminal itu dilakukan dengan sengaja dan berpotensi terkait terorisme. Penyidik mulai mengerucutkan motif namun tetap mencari bukti-bukti terbaru.

Ledakan bom di New York terjadi pada Sabtu malam tepatnya di wilayah Chelsea. Lokasinya hanya beberapa blok dari distrik perbelanjaan populer Manhattan. Insiden ini melukai 29 orang. 

Belum ada klaim tanggung jawab dari kelompok mana pun. Gubernur New York, Andrew Cuomo, mengatakan aksi pengeboman tersebut jelas-jelas aksi terorisme. Ia menolak menjelaskan lebih lanjut.

Pada hari yang sama, insiden penusukan terjadi di St Cloud, Minnesota. Sembilan orang dilarikan ke rumah sakit. Insiden ini pun tidak ada yang mengklaim. 

Namun pada serangan penusukan di Minnesota, ISIS mengaku bertanggung jawab. Menurut laporan, pelaku sempat bertanya apakah calon korbannya Muslim atau bukan. Pelaku kemudian ditembak mati oleh polisi yang sedang tidak bertugas di lokasi.

Polisi belum merilis identitasnya. Namun menurut laporan media lokal, ia adalah seorang mahasiswa baru kelahiran Afrika. 

Sementara ledakan bom pipa di New Jersey tidak melukai siapa pun. Pakar FBI mengatakan dua perangkat bom yang meledak di Chelsea dan Seaside Park, New Jersey, mirip satu sama lain. 

Ada perangkat ketiga yang tidak meledak dan desainnya mirip dengan bom saat Boston Marathon 2013. Otoritas anomin mengatakan penyidik kebingungan karena perangkat yang sama ditanam di kedua tempat tersebut di hari yang sama.

Penyidik di laboratorium FBI di Quantico, Virginia mengatakan juga mengatakan desain bom sama. Namun hal tersebut tidak membuktikan bahwa semua serangan berhubungan.

"Hampir semua orang bisa membuat bom seperti ini dan menggunakan ponsel sebagai detonator," kata pejabat tersebut seperti dikutip reuters. Menurutnya semua instruksi pembuatan bom seperti itu banyak di internet. 

Ia menduga aksi ini tidak selalu dilakukan oleh kelompok-kelompok besar. Sementara untuk serangan penusukan, agen khusus FBI mengindikasikannya sebagai aksi terorisme.

Pada Ahad, kantor berita terkait ISIS, Amaq   mengeluarkan pernyataan. "Pelaku serangan penusukan Minnesota kemarin adalah tentara ISIS dan melakukan operasi sebagai respons untuk menargetkan warga negara koalisi crusader," katanya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement