Selasa 04 Oct 2016 08:08 WIB

600 Ribu Korban Banjir Korea Utara Butuh Bantuan

banjir di sepanjang Sungai Tumen, Korea Utara.
Foto: Xinhua/The Guardian
banjir di sepanjang Sungai Tumen, Korea Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Palang Merah Internasional menyebut sedikitnya 600 ribu orang terdampak banjir besar, yang menghancurkan atau merusak setidaknya 30 ribu rumah di Korea Utara, sekarang sedang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk menghadapi musim dingin. "Bencana datang dalam berbagai bentuk, pada saat yang mungkin paling buruk," kata Kepala Delegasi Federasi Palang Merah Internasional (IFRC) di Korea Utara, Chris Staines.

IFRC telah bekerja sama dengan Masyarakat Palang Merah Korea Utara untuk menyalurkan bantuan bagi masyarakat di wilayah timur laut yang negara tersebut. Mereka yang menderita kerusakan paling parah karena banjir akibat hujan deras pada akhir Agustus.

Staines mengatakan 'aksi mendesak' sangat dibutuhkan sebelum hujan salju pertama diperkirakan turun pada akhir Oktober, yaitu ketika suhu anjlok ke bawah titik beku. Dalam kondisi itu suhubisa mencapai minus 30 derajat Celsius (minus 22 Fahrenheit) pada tengah musim dingin.

"Kondisi ini betul-betul sangat buruk, dan karena itu kita membutuhkan solusi yang lebih permanen dalam hal tempat tinggal, pelayanan kesehatan, ketersediaan makanan serta masalah seputar air bersih," katanya.

IFRC telah memohonkan dana darurat sekitar 15,2 juta franc Swiss (15,6 juta dolar AS) untuk disalurkan kepada 300 ribu orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan selama lebih 12 bulan ke depan. IFRC juga telah meluncurkan rekaman video yang diambil satu pekan lalu di Provinsi Hamgyong Utara dengan menunjukan bangunan rusak dan pengungsi yang tinggal di tempat perlindungan sementara.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan menyatakan pada 12 September lalu, berdasarkan data resmi dari pemerintah Korea Utara, 133 orang tercatat meninggal dunia dan 395 orang hilang. Berita-berita mengenai bencana telah tersebar pada saat Korea Utara tampak makin terkucil dari tetangga-tetangganya dan dunia yang lebih luas setelah uji coba nuklir kelima yang dilakukannya bulan lalu. Penggundulan hutal yang meluas untuk bahan bakar dan pertanian telah membuat negara miskin tersebut rawan akan bencana alam, terutama banjir.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement