Jumat 14 Oct 2016 08:08 WIB

Benarkah Orang Aborigin Miliki Observatorium Tertua di Dunia?

Tchingal adalah seekor Emu yang konstalasinya bisa terlihat di Galaksi Bima Sakti.
Foto: abc
Tchingal adalah seekor Emu yang konstalasinya bisa terlihat di Galaksi Bima Sakti.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebuah situs purba orang Aborigin Australia di satu lokasi tersembunyi di negara bagian Victoria mungkin merupakan observatorium pengamatan astronomi tertua di dunia. Bahkan usianya lebih lama dibandingkan susunan bebatuan Stonehenge di Inggris dan Piramida Agung Giza di Mesir.

Para ilmuwan yang meneliti susunan bebatuan bernama Wurdi Yuang menjelaskan usianya bisa lebih dari 11 ribu tahun dan memberi petunjuk mengenai asal-mula pertanian. Duane Hamacher, pakar terkemuka bidang astronomi pribumi, bekerja sama dengan tetua Aborigin di lokasi tersebut guna merekonstruksi pengetahuan mereka mengenai perbintangan dan planet.

"Sebagian akademisi menyebut susunan bebatuan di sini sebagai Stonehenge versi Australia. Saya rasa pertanyaan yang mungkin kita ajukan: apakah Stonehenge di Inggris itu merupakan versi Wurdi Yuang? Sebab iini bisa jauh lebih tua usianya," kata Dr Hamacher.

Jika situs itu usianya lebih dari 7.000 tahun, maka akan mengubah catatan sejarah serta lebih jauh akan membatalkan pendapat bahwa orang pertama Australia semuanya pemburu dan pengumpul makanan yang nomadik. Para ilmuwan percaya susunan bebatuan itu mampu memetakan pergerakan matahari sepanjang tahun.

Pemangku adat Aborigin, Reg Abrahams, mengatakan wilayah di sekitar observatori tampaknya pernah memiliki perkampungan semi permanen dengan bukti-bukti kegiatan mencari ikan dan bertani.

"Kalau Anda membuat susunan bebatuan yang bisa menandai musim sepanjang tahun berdasarkan solstices dan equinoxes (pergerakan matahai melintasi garis ekuator), tentunya masuk akal jika dalam setahun anda habiskan waktu lebih banyak di satu lokasi tertentu untuk melakukannya. Jika demikian, tentunya masuk akal jika anda berada di sumber makanan dan air yang tetap," jelas Abrahams.

Dia mengatakan ada area yang menunjukkan lokasi pemasangan perangkap ikan belut bahkan ada tanda pematang-pematang yang digunakan untuk pertanian. "Anda bisa temukan praktik pertanian dan budidaya air, sehingga bukti kegiatan pertanian ini mungkin seusia puluhan tahun, mendahului apa yang disebut para antropolog sebagai awal pertanian 11 ribu tahun silam di Mesopotamia," jelasnya.

Hamacher menambahkan, orang-orang pertama Australia di masa awal memiliki sistem pengetahun yang kompleks. "Mereka memahami dengan baik pergerekan matahari, bulan, planet-planet dan bintang sepanjang tahun untuk jangka waktu yang panjang," jelasnya.

"Orang-orang kulit putih Australia umumnya tidak tahu kolonialisme telah menghapus semua itu. Apa yang kami kerjakan ini untuk membantu masyarakat mengumpulkan kembali informasi melalui kerja sama dengan masyarakat," katanya.

Seorang warga Aborigin bernama Judy Dalton-Walsh mengatakan penelitian terhadap situs ini dan astronomi orang Aborigin bertujuan agar pengetahuan tersebut bisa diwariskan. "Di sekolah kita belajar nama-nama Eropa untuk bintang-bintang dan Bima Sakti. Senang juga karena tahu bahwa secara tradisional kami pun punya nama untuk semua itu. Dewa-dewa kami ada di atas sana di bintang-bintang," tuturnya.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/orang-aborigin-miliki-observatori-tertua-di-dunia/7929108
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement