Ahad 16 Oct 2016 09:56 WIB

Aktivis HAM Khawatir Soal Penangkapan Massal Muslim di Bangkok

Rep: Wahyusuryana/ Red: Ilham
Penangkapan (ilustrasi)
Foto: deccanchronicle.com
Penangkapan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Penangkapan massal pemuda Muslim di Bangkok pekan lalu menuai keprihatinan. Diduga, penangkapan yang dilakukan sewenang-wenang akan menjadi tren nasional.

Aktivis HAM dari Saba Yoi Saongkhla, Hakim Japantikor, merasa terganggu dengan penggerebekan apartemen sewa di daerah Bang Kapi dan Hua Mak, tempat sejumlah pemuda Muslim ditangkap. Saat ini, ia jadi bertanya-tanya apakah ini akan menjadi praktek yang normal.

"Kami telah melihat pola (penahanan sewenang-wenang) yang semakin sering di selatan," kata Japantikor, seperti dilansir Bangkok Post, Ahad (16/10).

Senin (10/10) lalu, tiga pemuda Muslim ditangkap di Soi Ramkhamhaeng 49, sedangkan 9 orang lain ditangkap di Soi Ramkhamhaeng 50. Kemudian, empat orang dibebasan dan dua orang malah langsung ditahan di Penjara Klong Prem Central.

Selasa (11/10), delapan tempat dekat Soi Ramkhamhane 53 digerebek, dengan 20 orang ditangkap dan 12 di antaranya kemudian dibebaskan. Pada Rabu (12/10), 10 orang ditangkap di Soi Ramkhamhaeng 6, dengan 9 dibebaskan dan satu ditahan di Penjara Klong Prem Tengah.

Presiden dari Federasi Mahasiswa Patani (Permas), Arifin Soh, mewakili siswa Melayu Muslim, meminta yang berwenang membuka informasi keberadaan para tahanan. Situasi politik yang rapuh, turut menuai ketakutan Bangkok memakai orang-orang Patani sebagai kambing hitam.

"Kami sangat prihatin dengan konteks dan waktu penggerebekan seperti itu bisa menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia," ujar Soh.

Untuk itu, ia mendesak masyarakat internasional untuk memperhatikan masalah ini. Menurut Soh, situasi politik yang rapuh jangan sampai menjadikan orang-orang Patani sebagai pion permainan dari pertarungan politik orang-orang besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement