Kamis 20 Oct 2016 13:23 WIB

Permaisuri Jepang Dibuat Syok karena Pemberitaan Ini

Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko
Foto: JAPAN DAILY
Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Permaisuri Kaisar Jepang Michiko, yang menginjak usia 82 tahun pada Kamis (20/10), mengatakan bahwa dia merasa terkejut dan tersakiti saat dia pertama kali melihat halaman depan koran terkait suaminya, Kaisar Akihito, yang ingin turun tahta.

Akihito, 82, menyebutkan tentang turunnya dia dari tahta dua bulan yang lalu, mengatakan dalam sebuah pidato lewat televisi bahwa dia mengkhawatirkan usia akan mempersulit dirinya memenuhi tugas-tugas kerajaannya. Langkah yang demikian belum pernah terjadi dalam Jepang modern dan tidak dapat dilakukan di bawah ketentuan yang ada saat ini, namun sekelompok pakar mengadakan pertemuan utnuk yang pertama kalinya pada minggu ini untuk membicarakan bagaimana itu akan dapat dilakukan.

Dalam komentar tertulis yang dikeluarkan untuk menandai hari ulang tahunnya, Michiko, mengatakan bahwa dia telah mengetahui pernyataan video sang kaisar Agustus lalu dan dia telah membicarakan keputusannya dengan anak-anaknya, Pangeran Mahkota Naruhito dan Pangeran Akishino.

"Meskipun demikian, saat saya mengetahui kalimat "turun tahta saat hidup" dalam huruf besar di halaman depan surat kabar, itu sangat mengejutkan," ujarnya seperti dilansir Reuters, Kamis (20/10).

"Itu mungkin karena saya belum pernah menemukan ekspresi tersebut bahkan dalam buku sejarah, namun untuk beberapa saat saya terkejut dan tersakiti. Mungkin saya sedikit terlalu sensitif," kata Permaisuri Michiko menambahkan.

Penduduk Jepang menggunakan bahasa yang terlalu resmi untuk mengacu kepada keluarga kerajaan, dan kalimat yang digunakan saat Akihito turun tahta adalah turun tahta ketika hidup.

Michiko merupakan warga biasa pertama yang menikahi anggota keluarga kerajaan Jepang. Ia menikah dengan Akihito pada 1959.

Michiko disebut sebagai sosok Cinderella saat berita pertunangan mereka tersebar. Gambaran yang paling membekas terkait Permaisuri Michiko bagi banyak warga Jepang adalah saat dia berada di sisi suaminya, saat berpakaian biasa di laut, berjalan bersamanya dalam sebuah pesta atau dalam saat-saat berikutnya, dengan tangannya yang tak lepas dari Akihito.

Namun keadaan itu merupakaan saat yang sulit bagi Michiko, yang bertemu dengan Akihito muda di sebuah lapangan tenis dan mendobrak tradisi yang telah berjalan selama berabad-abad dengan menjadi rakyat biasa pertama yang menikahi anggota kerajaan Jepang.

Anak perempuan dari pengusaha kaya itu menahan kritikan di hadapan pejabat pengadilan yang menyebutnya kembali ke dirinya yang dulu setelah beberapa tahun pernikahannya. Namun kemudian dia menjalankan sebuah peran penting dalam menciptakan gambaran pasca-perang, gambaran tentang sebuah keluarga yang mencoba sedekat mungkin dengan warga biasa Jepang.

Dalam tahun-tahun kedepannya dia menjadi terkenal karena sering berdialog bersama orang-orang yang dia temui di sejumlah acara umum, bahkan memeluk wanita yang kehilangan rumahnya saat gempa bumi Kobe 1995 lalu, sebuah perubahan tradisi yang besar dalam sebuah negara dimana sosok kaisar disebut sebagai sosok yang suci hingga akhir Perang Dunia II.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement