Kamis 27 Oct 2016 14:02 WIB

Puluhan Ribu Pengungsi Afghanistan Buat Kartu Identitas Palsu

Pengungsi wanita di Kamp Shamshatoo, propinsi terdepan Pakistan Baratlaut Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan. Kamp itu menjadi rumah sementara bagi 70 ribu pengungsi Afghan.
Foto: UN Photo/Eskinder Debebe. www.un.org/av/photo/
Pengungsi wanita di Kamp Shamshatoo, propinsi terdepan Pakistan Baratlaut Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan. Kamp itu menjadi rumah sementara bagi 70 ribu pengungsi Afghan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL --  Puluhan ribu pengungsi Afghanistan di Pakistan membuat kartu tanda penduduk (KTP) palsu untuk bisa tinggal di Pakistan. Pejabat Otoritas Pendaftaran Database Nasional Pakistan (Nadra) menguak kecurangan penduduk ilegal yang membuat KTP palsu.

Seperti yang dilansiri the Guardian, Nadra mengaku telah mendeteksi 60.675 kartu yang diperoleh secara curang oleh warga negara asing.

Oleh sebab itu, Badan Investigasi Federal (FIA) Pakistan sedang gencar menyelidiki oknum-okum yang turut bertanggung jawab atas pemalsuan dokumen negara. Bahkan, menurut media Tribune Pakistan, Nadra telah mencopot 16 dari 26 jajaran direksinya terkait isu ini.

Warga Afghanistan mulai pindah ke Pakistan setelah invasi Uni Soviet di negara mereka pada tahun 1979. Populasi pengungsi pun terus bertambah setelah penarikan pasukan Rusia pada tahun 1989 dan Afghanistan pecah karena perang saudara.

Para pengungsi memilih untuk menetap dan tidak kembali. Mereka membangun bisnis dan mulai berkeluarga di Pakistan, generasi baru pun lahir tanpa pernah mengunjungi tanah leluhur mereka.

Seperti yang dilansir dari the Guardian, jumlah populasi pengungsi Afghanistan di Pakistan hingga saat ini mencapai 2,5 juta jiwa.  Namun semakin hari, pengungsi asal Afghanistan menjadi semakin tidak diinginkan. Pemerintah Pakistan kerap menyalahkan para pengungsi sebagai pelaku kejahatan dan terorisme.

Pada 2014, pemerintah Pakistan pun dengan keras memutuskan pemulangan semua pengungsi, setelah kelompok bersenjata Taliban Pakistan menewaskan lebih dari 130 anak sekolah di Peshawar.

Baca juga, Rasa Haru Menghiasi Pemulangan Pengungsi Afghanistan.

Meskipun tidak ada warga Afghanistan yang terlibat dalam serangan itu, mereka dipaksa pulang. Tahun ini, gelombang pemulangan warga negara Afghanistan dari Pakistan membesar setelah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menjanjikan bantuan keuangan bagi pengungsi yang pulang.

Menurut PBB, lebih dari 350 ribu pengungsi telah kembali tahun ini. Gelombang tersebut menambah tekanan pada pemerintah Afghanistan yang sedang berada di kondisi sulit. Para pengungsi kembali dengan anak cucunya yang lahir di Pakistan dan tak memiliki catatan kelahiran di Afghanistan.

Sejak 2009, Islamabad telah berulang kali mendorong para pengungsi untuk kembali. Kini kekhawatiran menyelimuti para pengungsi yang tak kunjung pulang, bahwa mereka hanya mendapat waktu hingga Maret 2017.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement