Kamis 27 Oct 2016 16:42 WIB

Korsel, Jepang dan AS Sepakat Memberikan Tekanan Lebih Besar ke Korut

 Pemimpin Korut, Kim Jong-un saat menyaksikan uji coba peluncuran peluru kendali dari kapal selam.  (Reuters/KCNA)
Pemimpin Korut, Kim Jong-un saat menyaksikan uji coba peluncuran peluru kendali dari kapal selam. (Reuters/KCNA)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO --  Jepang, Amerika Serikat dan Korea Selatan membuat kesepakatan untuk menekan Korea Utara pada Kamis (27/10).  Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Shinsuke Sugiyama menyatakan ketiga negara telah setuju memberikan tekanan lebih besar kepada Korut, agar negara itu segera meninggalkan program nuklir dan rudalnya.

Ketegangan di Semenanjung Korea meninggi tahun ini. Dimulai dengan uji coba nuklir keempat Korut pada Januari, diikuti oleh peluncuran satelit dan serangkaian uji rudal, serta uji coba nuklir kelima yang diklaim sebagai uji nuklir Korut terbesar sepanjang masa.

Atas berbagai tindakannya, Korut menerima kecaman dari pemimpin dunia. Kelompok internasional Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga memberikan sanksi internasional bagi Korut.

Kesepakatan ini merupakan hasil dari pertemuan Sugiyama dengan Wakil Menlu AS Antony Blinken dan Wakil Menlu Korea Selatan Lim Sung-nam di Tokyo pada Kamis (27/10). 

"Kami menegaskan kembali perlunya meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara, agar mereka menyerah dalam pengembangan nuklir dan rudal serta mewujudkan denuklirisasi Semenanjung Korea,” ujar Sugiyama usai pertemuan tersebut.

Rusia dan sekutu besar tunggal Korut, Cina, telah mendorong pembicaraan denuklirisasi Korut dimulai kembali. Pembicaraan yang juga melibatkan Jepang, Korea Selatan dan Amerika Serikat itu telah tertahan sejak 2008.

Baca juga, Korut Kembali Lakuka Uji Coba Nuklir, Korsel dan Jepang Goyang.

Sementara itu, pemerintah Korsel dan Jepang telah sepakat bekerja sama membentuk Pakta Keamanan Umum untuk Perjanjian Informasi Militer (GSOMIA). Lewat pakta ini, kedua negara akan berbagi informasi sensitif tentang kegiatan rudal dan nuklir Korut.

Kesepakatan GSOMIA rencananya akan ditandatangani pada 2012, tapi Korsel menundanya karena banyak pihak dalam negeri yang tidak menyetujui Korsel membuat kesepakatan keamanan dengan Jepang.

Hubungan Tokyo dengan Seoul sebelumnya cukup dingin karena pertikaian teritorial dan agresi militer Jepang di masa lalu. Namun, sejak tahun lalu, hubungan kedua negara membaik setelah mencapai kesepakatan pada Desember lalu terkait masalah gadis-gadis Korea yang dipaksa bekerja di rumah bordil pada masa perang Jepang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement