Senin 21 Nov 2016 14:47 WIB

Merkel akan Bersaing Kembali dalam Perebutan Kursi Kanselir Jerman

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Belgia Charles Michel (tengah belakang) berbicara dengan Presiden Prancis Francois Hollande (kiri) dan PM Luxembourg Xavier Bettel (kanan) dalam KTT Uni Eropa di Brussels, Rabu, 29 Juni 2016. Tampak Kanselir Jerman Angela Merkel memakai pak
Foto: Pascal Rossignol, Pool Photo via AP
Perdana Menteri Belgia Charles Michel (tengah belakang) berbicara dengan Presiden Prancis Francois Hollande (kiri) dan PM Luxembourg Xavier Bettel (kanan) dalam KTT Uni Eropa di Brussels, Rabu, 29 Juni 2016. Tampak Kanselir Jerman Angela Merkel memakai pak

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Angela Merkel mengumumkan akan kembali mencpalonkan diri sebagai kepala negara dalam pemilihan umum (pemilu) tahun depan. Hal ini diputuskan setelah mempertimbangkan banyak hal dalam waktu berbulan-bulan.

"Keputusan untuk mengikuti pemilihan periode keempat ini, setelah 11 tahun berada di kantor kepala negara tak ada yang lain adalah untuk Jerman, partai, dan keinginan pribadi," ujar Merkel, Ahad (20/11).

Politikus konservatif berusia 62 itu harus menghadapi tantangan dari pemilih atas kebiajakannya yang membuka pintu untuk para migran di Jerman.

Tidak hanya untuk mengikuti kampanye pemilu, Merkel yakin secara keseluruhan dapat kembali memegang jabatan kanselir dalam waktu dempat tahun ke depan. Hal ini juga diputuskan setelah dirinya mengadakan pertemuan dengan anggota senior dari Partai Persatuan Demokrat Kristen (CDU).

Dari sebuah jajak pendapat yang dikumpulkan Emnid, sekitar 55 persen warga Jerman ingin Merkel kembali menjadi pemimpin di negara itu. Dirinya telah masuk ke dunia politik sejak revolusi 1989 dan terpilih pada pemilu federal 2005.

Sebagai pemimpin perempuan pertama di Jerman, ia telah membuat perekonomian terbesar di Eropa dan melalui berbagai krisis di zona benua. Merkel juga memenangkan penghargaan internasional, salah satunya dengan upaya membantu meredakan konflik di Ukraina.

Bahkan, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama juga menyebutkan bahwa Merkel sebagai adalah pemimpin yang luar biasa. Sebagai sekutu, Jerman dapat bekerja sama secara baik dengan negara adidaya itu.

Namun, banyak orang yang melihat kemenangan presiden terpilih di AS Donald Trump akan membawa dampak berlawanan terhadap Merkel. Dukungan untuk partai-partai sayap kanan di beberapa negara Eropa dinilai meningkat di bawah kepemimpinan baru di Negeri Paman Sam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement