Senin 21 Nov 2016 19:07 WIB

MER-C dan Walubi akan Bangun RS di Rakhine untuk Muslim dan Buddhis

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Kamp etnis Rohingya terbakar.
Foto: Reuters
Kamp etnis Rohingya terbakar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Emergency Rescue Committe (MER-C) mempunyai program jangka pendek dan panjang untuk membantu korban tragedi kemanusiaan di Rakhine, Myanmar. Salah satu program jangka panjangnya, MER-C dan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) akan membangun rumah sakit (RS) di Rakhine.

Presidium MER-C Dr Sarbini Abdul Murad mengatakan, dalam melaksanakan program jangka pendek, MER-C sudah memberikan mobil ambulans, obat-obatan, selimut untuk pengungsi dan lain sebagainya. Sementara, untuk program jangka panjang, MER-C bersama Walubi dengan difasilitasi oleh Wakil Presiden Indonesia, Jusuf kalla akan membangun rumah sakit di Rakhine.

Rumah sakit tersebut merupakan kolaborasi antara Muslim dan Buddha. "Untuk memberitahukan secara tidak langsung kepada publik dan Pemerintah Myanmar, bahwa di Indonesia Muslim dan Buddha bisa hidup rukun," kata Dr Sarbini kepada Republika, Senin (21/11).

Sarbini mengatakan, kerukunan tersebut terbukti dengan program pembangunan rumah sakit. Saat ini, MER-C sedang mempersiapkan draf anggaran untuk membangun rumah sakit tersebut. Kalau sudah ada daftar harga semua pembiayaan untuk membangun rumah sakit, kata dia, maka tahap selanjutnya tinggal memulai pembangunannya.

Menurutnya, di Myanmar tidak sama dengan di Gaza. Di Myanmar sedikit lebih rumit dibanding di Gaza. MER-C menghormati aturan yang berlaku di Myanmar. Sebab, setiap negara punya keunikannya masing-masing. Kendati demikian, MER-C dan Walubi berencana memulai pembangunan rumah sakit tahun ini. "Secepatnya kita bangun," ujarnya.

Sarbini menerangkan, rumah sakit akan dibangun di tengah-tengah masyarakat Muslim dan Buddha di Rakhine. Rumah sakit tersebut nantinya akan menjadi pertemuan antara pasien Muslim dan Buddha.

Ia menegaskan, yang namanya rumah sakit merupakan institusi netral. Sehingga, semua orang dari berbagai latar belakang bisa berobat di sana. Diharapkan, selama berjalannya waktu, masyarakat Muslim dan Buddha bisa saling pengertian ke depannya. "Inilah yang akan diplopori oleh MER-C dan Walubi, kalau ini terwujud akan menjadi sebuah simbol perdamaian," ujarnya.

Saat ini, MER-C sedang memantau perkembangan situasi di Rakhine. Dikatakan Sarbini, Indonesia sebagai negara Muslim terbesar harusnya berperan aktif untuk meredakan konflik di Rakhine. Dia menegaskan, bukan bermaksud ikut campur masalah dalam negeri Myanmar.

Menurutnya, pemerintah tahu caranya untuk melakukan pendekatan persuasif kepada Pemerintah Myanmar. Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan komunitas Internasional lainnya juga bisa menekan Myanmar agar bisa memberikan ruang yang sama kepada Muslim Rohingya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement