Senin 28 Nov 2016 12:54 WIB

Ekstradisi Perekrut ISIS Neil Prakash ke Australia akan Lama

Pemerintah Federal Australia mengumumkan kematian anggota ISIS asal Australia Neil Prakash pada Mei lalu.
Pemerintah Federal Australia mengumumkan kematian anggota ISIS asal Australia Neil Prakash pada Mei lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Tampaknya akan memakan waktu cukup lama sebelum perekrut ISIS, Neil Prakash bisa kembali ke Australia, setelah buronan paling dicari Australia ini tertangkap di Turki awal bulan ini.

Pemerintah Australia memastikan sedang berusaha mengekstradisi pria kelahiran Melbourne, Neil Prakash yang merupakan pemain kunci dalam perang propaganda ISIS di Australia dan luar negeri. Namun lembaga intelijen Uni Eropa dan Amerika Serikat juga berharap dapat menginterogasi Prakash untuk alasan [kepentingan] mereka sendiri.

"Tampaknya akan memakan waktu cukup lama meskipun Turki ingin mengeluarkannya sebisa mereka, karena Uni Eropa dan Amerika dan tampaknya banyak dari negara lain juga sangat ingin menggali informasi dari dia,” kata Amin Saikal, seorang pakar Timur Tengah dari Australian National University (ANU).

Menurut informasi yang didapatkan ABC, Neil Prakash, yang juga memiliki nama alias Abu Khaled Al-Cambodi, ditangkap dan ditahan saat dia berusaha meninggalkan Suriah dengan menggunakan dokumen identitas palsu. "Seseorang yang kita yakini merupakan Neil Prakash telah ditangkap dan ditahan berdasarkan ketentuan proses hukum Turki. Prakash menjadi subjek dari permintaan ekstradisi resmi dari Australia," demikian pernyataan dari Pemerintah Federal.

Tidak jelas di mana saat ini Neil Prakash ditahan.

Amin Saikal, pakar isu Timur Tengah dari Australian National University (ANU)
Amin Saikal mengatakan otoritas Turki akan juga tertarik menggali informasi dari Neil Prakash. ABC News

"Pihak berwenang Turki akan sangat tertarik melakukan penggalian informasi sebanyak yang mereka dapat dari Prakash mengenai ISIS –operasi ISIS, rencana yang mereka susun, personel dan lain sebagainya. Dan mereka juga akan sangat tertarik mengenai informasi seputar [kawasan] sekitar Kurdi, khususnya di Suriah utara. Saya pikir hanya setelah [proses penggalian informasi itu dilakukan] otoritas Turki [akan] bersedia untuk bekerja sama dengan Australia dalam hal memenuhi kewajiban mereka di bawah perjanjian ekstradisi yang mereka miliki,” kata Saikal.

Ekstradisi Prakash ‘memicu ancaman’

Neil Prakash telah menjadi pelaku propaganda dan perekrut yang efektif bagi ISIS. Dia merupakan pengunjung rutin Islamic Center Al-Furqan di Melbourne Selatan sebelum berangkat menuju Suriah pada 2013. Pada 2014, dia dikatakan pernah berhubungan dengan Numan Haider, remaja Melbourne yang berhasil diradikalisasi dan tewas ditembak setelah menyerang dua petugas di luar kantor polisi di pinggiran kota Endeavour Hilss pada 2014.

Prakash juga dikaitkan dengan serangan yang berhasil digagalkan lainnya di Australia, termasuk salah satunya adalah rencana serangan pada perayaan Anzac Day di Melbourne. "Dia memiliki pengetahuan yang akan menarik bagi pihak berwenang dalam hal rencananya sendiri di masa depan, jika ia berusaha untuk meninggalkan ISIS, atau mengapa dan bagaimana dia pikir dia bisa sampai ke sana?" kata Jacinta Carroll, Kepala Kebijakan Kontraterorisme di Australian Strategic Policy Institute.

Otoritas juga ingin mengetahui bagaimana dia mendapatkan dokumen palsu yang dia gunakan, yang mungkin akan menjadi petunjuk bagaimana ISIS berusaha membawa orang-orangnya masuk ke Eropa atau negara lain di dunia dan juga tentunya, rencana mereka dan seperti apa operasi mereka di Irak.

Pada Mei lalu, yang bertindak atas saran AS, Pemerintah Federal melaporkan Prakash telah tewas dalam serangan udara. Tapi seiring dengan pengakuan yang disampaikan pada Jum'at (25/11) Pemerintah Australia mengatakan di zona perang Suriah dan Irak tidak ada yang pasti.

Jika dipastikan yang tertangkap adalah benar Neil Prakash, maka begitu dia akhirnya diekstradisi [Australia akan menghadapi] tantangan lain. "Ada bahaya [yang mengikuti] bagi setiap pejuang asing yang ingin kembali ke negara atau pergi ke negara yang lain," kata Carroll.

"Penelitian menunjukkan militan asing, jika Anda menggunakan sebuah negara barat seperti Australia yang memiliki tingkat kejahatan sangat rendah dan juga memiliki tingkat kekerasan terkait senjata rendah, apa yang Anda lihat pada seseorang seperti Neil Prakash adalah [seseorang yang selama] tiga tahun terakhir hidup di zona perang, [dan] itu akan membuat dia terbiasa pada kekerasan sampai batas tertentu.

"Ini artinya dia telah belajar dan berlatih keterampilan dasar sehingga ia akan tahu bagaimana untuk mengoperasikan senjata api, ia akan tahu bagaimana mengumpulkan beberapa unsur bahan peledak. Ini memang bukan pelatihan tingkat militer tapi pasti pelatihan mengenai keterampilan kerja dan belajar. Ini akan menjadi ancaman jika nanti dia kembali ke Australia."

Turki akan gunakan Prakash tingkatkan posisi tawar’

Carroll juga mengatakan pemerintah Australia perlu bertindak hati-hati menyikapi masalah bagaimana dan dimana akan menahan Prakash. "Akan ada beberapa kekhawatiran bahwa seseorang dengan profil tinggi seperti Prakash akan menimbulkan semacam ketenaran bagi dirinya dan dia mungkin bisa menyebarkan berita dan pandangannya ke narapidana lain," katanya.

Dia mengatakan pemerintah perlu membatasi 'kemungkinan mengirim Prakash ke penjara paling ketat penjagaannya seperti Goulburn, dia akan semakin dipuja. Hal yang tidak terjadi pada mereka yang sebelumnya sedang dijatuhi hukuman berkenaan dengan kasus terorisme.

Sementara itu Amin Saikal, pakar Timur Tengah dari Australian National University (ANU) juga mengingatkan Turki mungkin akan menggunakan Prakash sebagai alat tawar bagi urusan dalam negeri mereka – secara khusus kampanye Pemerintah Turki melawan Fethullah Gulen, yang dituduh melakukan percobaan kudeta tahun ini.

"Menurut saya mungkin sekali dari sisi Turki mereka akan meminta Australia mendeklarasikan pergerakan Gulen sebagai organisasi teroris sebagaimana yang telah dilakukan Turki. Hal ini akan dapat menempatkan Pemerintah Australia dalam posisi sulit, mengingat jumlah pendukung Gulen di dalam komunitas Turki di Australia cukup banyak.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/ekstradisi-neil-prakash-ke-australia-butuh-waktu-lama/8061864
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement