REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) menyatakan tetap berkomitmen penuh mematuhi ketentuan hubungan diplomatik dengan Cina, Senin (5/12). Hal itu dinyatakan setelah presiden terpilih Donald Trump melakukan percakapan melalui telepon dengan Presiden Taiwan Tsai Ing Wen beberapa waktu lalu.
Hal itu dikhawatirkan dapat merusak kemajuan hubungan antara AS dan Cina. Selama ini, kedua negara terikat dalam perjanjian diplomasi yang dibuat pada 1979, saat Negeri Paman Sam berada di bawah kepemimpinan Presiden Jimmy Carter.
Cina menerapkan Kebijakan Satu Cina yang menetapkan hanya ada satu negara yang berdaulat dan memiliki aspek legalitas tergabung dalam Republik Rakyat Cina (RRC), termasuk di dalamnya adalah Taiwan yang dianggap sebagai bagian dari Negeri Tirai Bambu.
Cina juga memberlakukan kepada setiap negara yang hendak menjalin hubungan diplomatik dengan Negeri Tirai Bambu harus mengakui kebijakan tersebut. Dengan demikian, tidak boleh ada satupun hubungan resmi yang dijalin dengan Taiwan.
Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan pejabat dari Dewan keamanan Nasional AS telah melakukan pembicaraan dengan beberapa pihak dari Cina dalam masalah ini. Mereka meyakinkan komitmen Washington terhadap kebijakan dalam perjanjian tersebut sejak penandatangan dilakukan.
Selama 40 tahun, kebijakan yang diakui oleh AS itu menurut Earnest adalah bentuk upaya perdamaian dan stabilitas di kawasan selat yang memisahkan antara Cina dan Taiwan. Ia juga menegaskan hal itu juga menjadi peran dan kepentingan dari Negeri Paman Sam, sebagai sebuah negara adidaya dunia.
"Kami berkepentingan mempromosikan perdamaian dan stabilitas dengan kebijakan itu. Namun, jika tim presiden terpiih memiliki tujuan lain, saya menyerahkan kepada mereka untuk menjelaskan," ujar Earnest.
Ia juga menyampaikan kekhawatiran AS terhadap hubungan dengan Cina. Menurutnya, masalah semacam ini sangat sensitif bagi Beijing dan dapat membuat hubungan diplomatik dua negara yang sebelumnya sudah membaik mengami kemunduran.
"Pemerintah Cina menempatkan prioritas sangat besar dalam masalah yang sangat sensitif ini. Kami khawatir beberapa kemajuan yang sudah dicapai dapat terganggu," kata Earnest.
Percakapan telepon yang dilakukan oleh Trump dan Tsai merupakan yang pertama kali dilakukan oleh pemimpin AS sejak 1979.