Selasa 06 Dec 2016 18:37 WIB

Dua Muslimah New York Jadi Korban Serangan Kebencian

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Agus Yulianto
Muslimah yang menjadi polisi di Amerika Serikat
Foto: pinterest
Muslimah yang menjadi polisi di Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK --  Dua Muslimah yang bekerja di kantor layanan publik di New York, menjadi korban serangan kebencian dalam kurun waktu 36 jam. Aksi kebencian di seluruh AS dilaporkan meningkat sejak Donald Trump terpilih menjadi Presiden AS.

Pada Senin (5/11), seorang wanita Muslimah dibawa ke rumah sakit dengan cedera lutut dan pergelangan kaki setelah didorong jatuh di sebuah tangga di Grand Central Station, di jantung kota Manhattan. Wanita tersebut merupakan pegawai stasiun yang saat itu sedang tidak mengenakan seragam resmi.

"Seorang tersangka laki-laki diduga mendorong pegawai stasiun dan memanggilnya dengan sebutan teroris," ujar Gubernur New York, Andrew Cuomo, dikutip Strait News.

Sebelumnya, seorang pria didenda sebesar 50 ribu dolar AS atau Rp 650 juta atas tuduhan kejahatan rasial. Pria tersebut melecehkan seorang Polisi Muslimah, Aml Elsokary, di Brooklyn yang sedang berlibur dengan anaknya yang berusia 16 tahun.

Elsokary yang sehari-hari mengenakan hijab, memberikan keterangan di media bahwa dia adalah seorang Muslimah kelahiran asli Amerika. Ada sekitar 900 Muslim Amerika yang bekerja di New York Police Department (NYPD).

Cuomo mengatakan, dua stasiun bawah tanah di Long Island Rail Road juga dirusak dengan tulisan swastika dan pamflet Ku Klux Klan pekan lalu. Ia menegaskan, aksi kebencian akan dikenakan tuntutan dan tidak akan diberikan toleransi.

"Apakah saya menyalahkan Donald Trump atas penggunaan ujaran kebencian selama kampanye? Tentu saja. Itu fakta. Dia mengatakan hal-hal mengerikan tentang Muslim," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement