REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kantor Urusan Taiwan di Cina mengatakan pada Rabu (14/12), segala gangguan yang ditujukan atau kerusakan prinsip "satu Cina" akan memiliki dampak yang serius terhadap perdamaian dan kestabilan di selat Taiwan.
Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pekan lalu, AS tidak perlu berpegang teguh pada posisi lamanya yang menyebut Taiwan merupakan bagian dari "satu Cina". Cina juga marah gara-gara percakapan telepon Trump dan Presiden Taiwan Tsai Ing Wen.
Isu itu sangat sensitif bagi Cina, yang menganggap Taiwan sebagai sebuah provinsi yang membangkang, dan Beijing menyampaikan kekhawatiran besar terkait pernyataan Trump. An Fengshan, seorang juru bicara dari Kantor Urusan Taiwan di Cina, mengatakan dalam sebuah konferensi pers isu Taiwan itu terkait dengan kedaulatan dan integritas teritorial Cina.
Baca: Sengketa Laut Cina Selatan, AS Siap Hadapi Cina
"Menjunjung tinggi prinsip 'satu Cina itu merupakan dasar politik dalam mengembangkan hubungan Cina dengan AS, dan itu merupakan landasan bagi perdamaian dan kestabilan di Selat Taiwan," dia mengatakan.
"Jika dasar ini diganggu atau dirusak maka perkembangan hubungan China dengan AS yang sehat dan stabil itu tidak mungkin, dan kestabilan serta perdamaian di Selat Taiwan akan menerima dampak besar," kata An menambahkan.
Dewan Urusan Cina Daratan di Taiwan mengatakan hubungan damai merupakan sebuah tanggung jawab bersama bagi kedua belah pihak yang ada di kedua sisi Selat Taiwan. Cina menaruh kecurigaan besar terhadap Tsai dan Partai Demokratis Progresif yang dia pimpin, meyakini mereka ingin mendorong kemerdekaan resmi pulau itu, yang menjadi kekhawatiran bagi Beijing.
Cina telah berulang kali memperingatkan perdamaian dan kestabilan di sepanjang selat yang diraih atas usaha keras itu dapat dipengaruhi oleh segala langkah menuju kemerdekaan. "Saya rasa faktanya mengatakan kepada orang-orang kemerdekaan Taiwan itu merupakan jalan buntu," An mengatakan.