Senin 19 Dec 2016 09:41 WIB

Rakyat Madagaskar Resah Kehadiran Investor Asing

Peta Madagaskar.
Foto: Kids.britanica.com
Peta Madagaskar.

REPUBLIKA.CO.ID, SOAMHAMINA -- Tambang emas itu belum juga dibuka. Namun rakyat Madagaskar telah disulut kemarahan. Selama beberapa bulan warga di Soamahamina, Madagaskar, tengah resah dengan kehadiran perusahaan tambang emas Jiuxing.

Setiap Kamis, warga turun ke jalanan di pusat kota untuk menentang Jiuxing yang kini telah memegang izin penambangan selama 40 tahun di atas 7.500 hektar lahan. Bagi para pengunjuk rasa, operasi tambang akan berisiko untuk lahan pertanian mereka. Ini yang menjadi salah satu poin protes atas kehadiran investor Cina di pulau Samudera Hindia itu.  

Tidak hanya di Soamahamanina, namun di banyak wilayah di Madagaskar, warga menyatakan keresahannya akan kehadiran investor asing.

"Madagaskar milik Madagaskan (sebutan untuk warga Madagaskar), bukan milik Cina atau negara lain," ujar Fenohasina, murid lokal kepadal AFP seperti dilansir Channel News Asia, kemarin. "40 tahun beroperasi, ini sama saja menjual negara ini," kata Marise Edine, seorang pedagang kaki lima.

Banyak petani yang sebelumnya menjual tanah, mengaku kecewa. Mereka dituduh berkhianat karena menjual negeri ini. "Rekan-rekan kami marah dengan kita karena kita dituduh menjual negara ini," ujar seorang petani Perlina Razafiarisosa. 

Namun Chrysostome Rakotondrazafy, mandor di pertambangan Jiuxing, mengatakan orang-orang di luar yang mendorong warga di sini untuk tidak menyukai kehadiran perusahaan asing. Ia pun menduga semua ini bermotif politik.

Dengan lebih dari 800 perusahaan di Pulau tersebut, Cina telah menegaskan diri mereka sebagai partner perdagangan terbesar. Di negara yang 90 persen warganya hidup di bawah garis kemiskinan tersebut, kehadiran investor asing telah membawa angin segar untuk pembangunan infrastruktur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement