REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Tahun ini menjadi tahun teror bagi Jerman yang mengalami tujuh serangan teror mematikan. Sejak Januari 2016, sebanyak 22 orang tewas dalam serangan teror tersebut.
Daily Mail melaporkan, beragam serangan itu juga melukai sedikitnya 112 orang. Pelaku menggunakan bahan peledak, senjata api, pisau kapak, bahkan truk untuk menyebar teror.
Beberapa serangan diklaim dilakukan oleh ISIS yang menyusup di antara para pencari suaka dari Suriah dan Afghanistan. Masyarakat di seluruh negeri dipaksa menghadapi ketakutan akan teror yang dilakukan secara acak.
Pada 27 Februari, seorang gadis remaja ditikam polisi wanita di Hanover, Jerman utara. Pelaku yang teridentifikasi bernama Safia S, mengatakan dia memutuskan melakukan serangan di negaranya karena dia tidak bisa pergi ke Suriah.
Sebulan sebelumnya, Safia telah mencoba menyelinap ke wilayah yang dikuasai ISIS melalui Turki. Namun dia dibawa pulang kembali oleh ibunya. Sementara kakak laki-lakinya, Saleh, saat ini berada di penjara Turki karena tertangkap mencoba menyeberang ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Pada 16 April, tiga remaja Muslim kelahiran Jerman diadili karena melakukan serangan di Kuil Sikh, di Kota Essen. Mereka meninggalkan alat pemadam api yang berisi bom di luar kuil dan melukai tiga orang.
Ketiga remaja itu bertemu tanpa sengaja melalui media sosial. Mereka mengaku berubah menjadi radikal karena ingin sama-sama membunuh kafir.
Pada 18 Juli, seorang anggota ISIS bernama Muhammad Riyad menyerang penumpang kereta api di Wurzburg dengan kapak. Lima orang terluka dalam serangan itu. Sementara Riyad berhasil ditembak mati oleh polisi saat mencoba melarikan diri.
Pada 22 Juli, warga asal Iran kelahiran Jerman bernama Ali Sonboly, meluncurkan serangan senjata api di sebuah restoran cepat saji di Munich. Sedikitnya sembilan orang tewas dan 35 lainnya luka-luka.
Penyidik menemukan, Sonboly telah membeli sebuah senjata api di situs perdagangan gelap. Pelaku menghabiskan lebih dari satu tahun untuk merencanakan serangan mematikan itu.
Di Reutlingen pada 24 Juli, ibu empat orang anak asal Polandia bernama Jolanta Kijak, dibunuh di sebuah kedai kebab oleh seorang pengungsi Suriah. Kijak dan lima korban lainnya diserang oleh pelaku dengan pisau kebab besar.
Di hari yang sama di Ansbach, Jerman selatan, seorang pengungsi Suriah yang lain mencoba meledakkan bom di sebuah festival musik. Sebanyak 15 orang terluka saat bom meledak di luar sebuah bar.
Serangan teror terakhir terjadi pada 19 Desember. Sebuah truk yang dibajak, menabrak pasar Natal di Berlin dan menewaskan 12 orang. Pelaku serangan yang juga melukai 48 orang itu diduga merupakan pencari suaka dari Pakistan bernama Naved B (22 tahun).