Jumat 23 Dec 2016 17:43 WIB

Setelah 10 Tahun, Akhirnya Putri Saddam Hussein Angkat Bicara

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Bilal Ramadhan
Putri almarhum Saddam Hussein, Raghad
Putri almarhum Saddam Hussein, Raghad

REPUBLIKA.CO.ID, AMAN -- Idul Adha Desember 2006, Raghad Saddam Hussein, saudara, dan anak-anaknya berkumpul di depan televisi di rumah mereka di Aman. Mereka menyaksikan detik-detik Saddam Hussein dibawa orang-orang bermasker hitam.

Mereka mengalungkan tambang eksekusi ke leher Saddam. Momen setelahnya tidak pernah dilihat Raghad. "Saya tidak pernah melihatnya dan saya menolak melihatnya," kata Raghad dalam wawancara pertamanya setelah 10 tahun pascaayahnya dieksekusi mati, pada CNN.

Ia mengatakan kematian ayahnya sangat buruk dan menyakitnya. Namun, itu adalah kematian yang terhormat. Raghad tinggal di ibu kota Yordania setelah invasi AS ke Irak pada 2003. "Itu adalah kematian yang membuat saya, anak-anak saya, saudara saya, dan anak mereka bangga, termasuk bagi mereka yang mencintainya (Saddam)," kata Raghad.

Pada CNN, putri tertua Saddam itu juga menjawab isu keterlibatannya dengan kelompok ekstrimis ISIS. Ia menegaskan tak pernah terlibat dengan kelompok semacam itu. Nilai-nilai yang dibawa mereka sangat bertentangan dengan nilai keluarga Hussein.

Raghad mengatakan berjayanya ISIS di Irak adalah akibat kepergian ayahnya. "ISIS dan kelompok radikal lainnya tidak akan pernah berjaya di bawah kepemimpinan ayah saya," kata dia melalui sambungan telpon.

Ia menyalahkan AS atas kekacauan di Irak. Invasi 13 tahun lalu dinilai jadi salah satu kesalahan fatal kebijakan George W Bush. Presiden Barack Obama dan Donald Trump sepakat dalam hal ini.

Di bawah kepemimpinan Obama, upaya pengurangan pasukan diupayakan. Namun hingga saat ini, tidak pernah ada perkembangan berarti. Raghad waspada terhadap Trump yang mulai menggeser Obama.

"Dari permukaan, pria ini punya kepekaan politik yang tinggi, ia berbeda dari mereka yang digantikannya," kata Raghad. Trump menguak secara blak-blakan kesalahan pendahulunya, salah satunya soal kebijakan di Irak.

Raghad menilai itu cukup membuktikan Trump mengerti soal kesalahan invasi Irak dan apa yang terjadi pada ayahnya. Selama masa kampanye, Trump menyatakan ketidaksetujuannya dengan perang di Irak.

Trump tetap menyebut Saddam Hussein orang jahat. Namun ia memuji Hussein yang menurutnya sangat efisien membunuh para teroris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement