Sabtu 24 Dec 2016 00:11 WIB

Ketidakpahaman Budaya Masih Batasi Hubungan Australia-Indonesia

AIYA Jawa Barat menggelar pertukaran bahasa di Bandung pada Agustus 2015
Foto: ABC
AIYA Jawa Barat menggelar pertukaran bahasa di Bandung pada Agustus 2015

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebuah survei yang melibatkan anak-anak muda di Australia dan Indonesia menunjukkan adanya peningkatan hubungan antara kedua negara. Namun, ketidakpahaman budaya masih menjadi tantangannya.

Survei tersebut dilakukan terhadap 500 anak-anak muda Australia dan Indonesia oleh Asosiasi Pemuda Australia Indonesia (AIYA). Menurut AIYA, survei ini menjadi ajang kesempatan anak muda di dua negara untuk menyuarakan pandangan mereka soal masalah-masalah dan kebijakan yang juga berdampak bagi anak muda dalam hubungan bilateral kedua negara.

Ini adalah ketiga kalinya AIYA melakukan survei serupa, setelah sebelumnya pada 2013 dan 2014. "Survei ini menjadi relevan untuk dilakukan AIYA karena anggota kami sudah terlibat dalam hubungan bilateral dan cenderung memiliki pengetahuan soal kedua negara," ujar Presiden AIYA Nicholas Mark kepada Australia Plus.

"Maksud dari survei ini adalah memberikan gambaran soal bagaimana pemuda kedua negara merasakan hubungan kedua negara dan apa yang diprioritaskan ke depannya," ujarnya.

Dari survei tersebut diketahui anak-anak muda di Australia dan Indonesia memiliki pandangan adanya peningkatan cara menjaga hubungan dengan Indonesia dari pemerintah Australia. Jika dibandingkan survei sebelumnya di tahun 2014, 85 persen anak-anak muda Australia merasa pemerintahnya tidak baik dalam menata hubungan dengan Indonesia.

Tapi di tahun 2016, ada 46 persen yang hampir setuju jika pemerintahnya telah menjaga hubungan baik dengan Indonesia.

"Jelas di tahun 2014 ada beberapa tantangan yang dihadapi hubungan kedua negara, seperti insiden penyadapan telepon dan hukuman mati. Tapi sejak itu lebih banyak berita-berita positif dan peningkatan kunjungan pemerintah kedua negara, juga memperbaharui fokus perdagangan dan investasi...," jelas Nicholas, yang akrab dipanggil Nick.

Nick Mark saat pemutaran Film 'Jalanan' di New South Wales bulan Maret 2015.
Nicholas Mark (kanan) saat pemutaran Film 'Jalanan' di New South Wales Maret 2015.

Namun, dalam survei tersebut para pemuda kedua negara merasa masih adanya kekurangpahaman soal budaya dan memberikan dampak bagi kedua negara. Pandangan ini terutama dirasakan oleh responden asal Australia.

Menurut AIYA hal ini membuktikan pentingnya untuk meningkatkan fokus pada masalah-masalah yang terkait langsung dengan hubungan antara warga kedua negara, selain berusaha lebih giat untuk mengatasi masalah ketidakpercayaan dan rasisme.

Lantas bagaimana AIYA bisa mengatasi masalah ini?

"Tujuan utama AIYA adalah mengedukasi anak-anak muda dari Australia dan Indonesia soal kedua negara, soal sejarah yang memukau, budaya, hingga apa yang sedang hangat dibicarakan soal hubungan bilateral. Termasuk soal kesempatan-kesempatan yang ada agar bisa lebih terlibat dalam hubungan kedua negara, dari sisi pendidikan, kultur, dan profesional," ujar Nick.

AIYA menggelar workshop menari di Melbourne pada November 2015.
AIYA menggelar workshop menari di Melbourne pada November 2015.

Temuan lain dari survei ini adalah soal pendidikan, dimana kebanyakan responden dari dua negara setuju jika pendidikan menjadi elemen paling penting dalam hubungan kedua negara. Karenanya mereka percaya jika bantuan pemerintah di bidang pendidikan mencari cara terbaik untuk dapat mempererat hubungan dua negara.

Mereka sangat mendukung bagaimana program-program pendidikan, seperti beasiswa New Colombo Plan dan Australia Awards dari pemerintah Australia menjadi cara yang efektif berkaitan soal ini. Termasuk juga beasiswa yang diberikan pemerintah Indonesia, bernama Darmasiswa.

"Survei ini membuka percakapan. Jika pembaca tertarik soal laporan dan AIYA, kami dengan senang hati menerima mereka agar bisa terlibat. Jika ada pertanyaan soal laporan ini, kami ingin mendengar dan mendiskusikannya," tambah Nick.

Nick berharap survei ini dapat memberikan manfaat bagi hubungan kedua negara dengan memberikan inspirasi, khususnya anak-anak muda untuk lebih terlibat dan berkontribusi pada kedua negara.

"Kami juga berharap badan-badan pemerintah, sejumlah universitas, dan lembaga non profit, atau organisasi yang satu pemikiran untuk membuat kebijakan dan kegiatan-kegiatan yang bisa menciptkan kesempatan-kesempatan bagi pemuda Australia dan Indonesia."

Anda dapat membaca hasil lengkap dari survei di sini.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/studi-nad-inovasi/survei-di-kalangan-australia-indonesia/8145686
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement