REPUBLIKA.CO.ID, HOBART -- Seorang pilot dalam penerbangan solo lolos dari maut, hanya dengan luka gores, setelah pesawatnya melakukan pendaratan darurat di pantai dan kemudian terbalik di pasir.
George Calka (61 tahun), meninggalkan wilayah Sandfly, di dekat Hobart, dengan pesawat ringan bermesin tunggal pada Kamis (29/12) malam, menuju St Helens di pantai timur. Mendekati tujuannya, pilot asal Launceston ini menghadapi kabut yang menutupi lapangan terbang.
Hanya dengan bahan bakar yang tersisa untuk setengah jam, George mengatakan, ia tak bisa lanjut terbang atau kembali untuk mencapai landasan alternatif.
Ia mulai menimbang pilihannya untuk menurunkan pesawat dengan selamat di darat. "Saya tak ingin mengambil risiko mendarat di halaman belakang rumah orang atau tersangkut di jaringan listrik atau di batang pohon," ujarnya.
"Rencana cadangan terbaik yang bisa saya bayangkan adalah mendarat di pantai, di mana tidak ada penghalang. Sayangnya, pasir di sana sedikit lebih lembut dari yang saya perkirakan,” kata George.
George lalu menuturkan, ia mendaratkan pesawatnya dan hampir tergulung hingga berhenti. Tapi sekitar 20 meter sebelum pesawat berhenti, salah satu roda depan pesawat terjebak di lintasan roda kendaraan 4WD yang membekas di pasir lembut pantai.
Suspensi depan pecah lalu hidung pesawat menukik dan terbalik. "Sayangnya, pesawat tak terbalik 360 derajat. Saya baik-baik saja," kata George, meski mengalami goresan di jarinya.