Kamis 19 Jan 2017 19:56 WIB
Akibat Rangkaian Skandal Suap

PM Netanyahu Semakin Terdesak

PM Israel Benjamin Netanyahu dan istrinya Sara.
Foto:

Kasus kedua, di mana Netanyahu merundingkan tukar guling peraturan dengan sebuah media massa, lebih ramai diberitakan. Dalam kasus itu, Netanyahu mencoba berkolusi dengan Arnon Mozes, pemilik surat kabar Yedioth Ahronoth yang selama ini kritis terhadap pemerintahan. Sang perdana menteri meminta Moses untuk hanya memberitakan sisi positif kinerja pemerintah dengan imbalan legislasi yang akan berdampak negatif terhadap sirkulasi pesaing Yedioth Ahronoth, Israel Today.

Israel Today adalah surat kabar gratis yang dicetak dengan biaya taipan kasino asal Amerika Serikat, Sheldon Adelson, yang juga merupakan pendukung fanatik Netanyahu. Koran tersebut dinilai merupakan alat propaganda pemerintah dan merugikan media berbayar.

Netanyahu, dalam rekaman yang beredar di media, berupaya mempengaruhi Mozes dengan imbalan legislasi yang akan mengurangi sirkulasi koran Israel Today. Pada 2014, partai oposisi Israel sempat mengajukan pembatasan peredaran surat kabar gratis tersebut, namun ditolak dalam voting. Pembicaraan Netanyahu dengan Mozes direkam pada Maret 2015 menjelang pemilihan umum oleh permintaan perdana menteri sendiri.

Pada Ahad lalu, pemimpin redaksi Yedioth Ahronoth, Ron Yaron, mengatakan, bahwa semua karyawan akan mengundurkan diri jika memang terbukti ada kesepakatan final antara pemilik media dengan Netanyahu. Namun dalam rekaman pembicaraa, sang pemilik mengatakan kepada Netanyahu, "Kami akan memastikan bahwa Anda tetap menjadi perdana menteri (dalam pemilihan umum)."

Skandal itu kemudian membuat kepala Serikat Jurnalis Israel, Yair Tarchitsky, berkomentar pedas. "Jika kesepakatan ini benar terbukti, maka ini adalah ancaman bagi demokrasi dan kebebasan pers di Israel," kata dia.

Akibat dua skandal besar di atas, kolusi media dan gratifikasi, posisi Netanyahu semakin terdesak. Sebuah jajak pendapat oleh Channel Two News menunjukkan bahwa 54 persen responden tidak percaya terhadap bantahan Netanyahu sementara 44 persen mendesak sang perdana menteri untuk segera mundur.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement