Senin 23 Jan 2017 18:11 WIB

Mantan Presiden Gambia Jarah Kekayaan Negara

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ilham
Presiden Gambia Alhaji Yahya Jammeh
Foto: AP
Presiden Gambia Alhaji Yahya Jammeh

REPUBLIKA.CO.ID, BANJUL -- Mantan Presiden Gambia, Yahya Jammeh, telah menjarah kas negara dengan mencuri uang jutaan dolar dan mengirim sejumlah kendaraan mewah dengan pesawat kargo ke tempat pengasingannya. Jammeh yang telah memerintah Gambia selama 22 tahun, diasingkan pada Sabtu (21/1) malam ke Equatorial Guinea.

Presiden Gambia terpilih, Adama Barrow, yang sedang menunggu waktu untuk kembali ke Gambia, telah mendapat laporan mengenai Jammeh yang menjarah kekayaan negaranya. Hal itu dikemukakan Barrow dalam wawancara dengan stasiun radio RFM di Senegal.

"Menurut informasi yang kami terima, tidak ada uang di kas negara. Itu yang telah diberitahu kepada kami. Sampai kami benar-benar berada di pemerintahan, kami akan memperjelas semua itu," ujar Barrow.

Penasihat Barrow, Mai Ahmad Fatty mengatakan, 11,45 juta dolar AS telah raib dicuri Jammeh dalam dua pekan terakhir. Ia juga mengungkapkan, ada sebuah pesawat kargo Chad telah mengangkut barang-barang mewah ke luar negeri atas nama Jammeh.

"Selama dua minggu, lebih dari 500 juta dalasi (11 juta dolar AS) ditarik oleh Jammeh. Sepertinya, saat kami mengambil alih Pemerintah Gambia, kami berasa dalam kesulitan keuangan," kata Fatty di Sengalese, Dakar, dikutip Aljazirah. Ia mengaku telah memerintahkan petugas bandara Banjul agar tidak meloloskan barang-barang mewah milik Jammeh untuk dikirim ke Guinea.

Pada Ahad (22/1), warga Gambia melakukan perayaan dan berkumpul di luar State House, seiring dengan masuknya pasukan militer regional Afrika Barat ke ibukota Banjul. Mereka bersorak dan bernyanyi, bahkan ada beberapa yang berpose bersama dengan tentara Senegal. "Kita bebas. Semua orang sangat senang melihat tentara. Mereka melindungi kita dari Jammeh," kata Isatou Toure (35 tahun), seorang penjual makanan.

Pasukan militer memasuki Gambia untuk menjaga stabilitas keamanan dan memungkinkan Barrow kembali ke Gambia, setelah tinggal di negara tetangga Senegal selama lebih dari satu tahun, untuk mengambil alih kekuasaan. Pejabat militer Senegal mengatakan, pasukan militer regional Afrika Barat berasal dari gabungan tentara Senegal, Nigeria, Ghana, dan Mali. Operasi militer regional ini pertama kali diluncurkan pada Kamis (19/1), setelah Barrow dilantik sebagai Presiden Gambia di Kedutaan Besar Gambia untuk Senegal.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement