REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri Cina mengatakan menghendaki pembicaraan dengan pemerintahan baru Amerika Serikat untuk mengatasi perbedaan dan memperkuat hubungan kedua negara itu. Namun, pembicaraan itu mesti didasari atas sikap saling hormat, misalnya mengakui asas "Satu Cina".
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang dilantik pada Jumat, membuat Cina geram karena meragukan asas tersebut. Asas "Satu Cina" diberlakukan untuk Taiwan, pulau berswapemerintahan, yang dianggap provinsi pembangkang oleh Cina.
Pemerintah Cina menyatakan Taiwan akan dipaksa mengakui asas tersebut jika dianggap perlu. Namun, pemerintahan di Taiwan yang cukup demokratis tampak enggan tunduk di bawah kuasa Cina.
Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi dalam acara menyambut Tahun Baru Imlek mengatakan, masa depan hubungan negaranya dengan AS menarik perhatian banyak pihak. "Kami menghendaki dialog dengan pemerintah AS dalam prinsip satu Cina dan sikap saling menghormati satu sama lain," kata Wang dalam laman kementerian itu pada Selasa (24/1).
Cina bersedia memperkuat kepercayaan, kerja sama dan menyelesaikan perbedaan antarpihak demi meningkatkan kesejahteraan rakyat kedua negara tersebut.