Ahad 29 Jan 2017 10:09 WIB

Kelompok Pembela Hak Sipil Kecam Kebijakan Trump

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Bayu Hermawan
Presiden AS, Donald Trump
Foto: AP
Presiden AS, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kelompok-kelompok pembela hak-hak  sipil mengecam kebijakan Trump yang diskriminatif terhadap warga Suriah. Trump melarang pengungsi Suriah masuk ke negaranya dengan menandatangani perintah eksekutif untuk menangguhkan program pengungsi AS selama 120 hari terutama untuk mencegah pengungsi Suriah masuk ke tanah Amerika.

"Perintah eksekutif Trump menyakiti orang-orang yang sangat membutuhkan seperti orang-orang yang lari dari kekerasan dan terorisme. Hanya seperti Hari Peringatan Holocaust, tidak kurang," kata Peneliti Senior HAM AS Grace Meng, seperti dilansir Aljazirah, Sabtu, (28/1).

Meng menilai, kebijakan yang tiba-tiba melarang pengungsi Suriah masuk AS akan membuat puluhan ribu orang beresiko mengalami penyiksaan bahkan lebih buruk. Padahal kepemimpinan Amerika sangat penting dalam isu ini.

Perintah eksekutif Trump sebenarnya memberikan prioritas bagi kelompok agama minoritas yang menghindari penyiksaan. Trump mengatakan, ia akan memberikan pengecualian bagi orang-orang Kristen Suriah yang ingin melarikan diri dari perang Suriah. Ia mau membantu mereka.

Perintah eksekutif Trump diperkirakan akan memasukkan mengenai pembangunan zona aman di Suriah. Namun ternyata tak ada kata-kata  semacam itu dimasukkan. Perintah eksekutif memberlakukan larangan bagi masuknya warga Suriah ke Amerika dan warga negara-negara mayoritas Muslim lainnya selama 90 hari.

Kementerian Luar Negeri AS mengatakan, tiga bulan larangan masuk ke AS bagi warga Irak, Suriah,  Iran, Sudan, Libya, Somalia dan Yaman. Kebanyakan negara mayoritas Muslim. Dorsa Jabbari dari Aljazirah melaporkan dari Tehran. Ia mengatakan, kebanyakan warga Iran sangat syok dan heran AS memberlakukan hal ini kepada mereka.

"Terdapat lebih dari satu juta orang Iran hidup di AS kebanyakanya mereka punya anak atau orangtua masih tinggal di Iran."

Penerima Green Card dari Iran Ardeshir Namavar mengatakan, ia sangat syok mendengar berita tersebut. "Saya telah membeli tiket ke AS dan akan terbang dalam 10 hari ke depan, sekarang saya tak tahu apa yang akan saya lakukan."

Seluruh keluarganya, ujar dia, telah tinggal di AS termasuk ayah dan ibunya. Mereka merupakan warga AS. "Saya berencana kuliah di sana. Sekarang semua telah berubah," kata Namavar.

Perintah eksekutif Trump mengatakan, semua progam imigraso harus mengevaluasi pendaftar apakah sepertinya ia akan menjadi warga yang baik dan berkontribusi menjadi anggota masyarakat yang positif.

sumber : aljazirah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement