Senin 06 Feb 2017 19:00 WIB

Berlomba dengan Waktu Masuk AS

Eman Ali (12 tahun) dari Yaman, kiri tengah berkerudung abu-abu, dan ayahnya Ahmed Ali (kanan) saat tiba di San Francisco International Airport, Ahad, 5 Februari 2017.
Foto: Reuters
Eman Ali (12 tahun) dari Yaman, kiri tengah berkerudung abu-abu, dan ayahnya Ahmed Ali (kanan) saat tiba di San Francisco International Airport, Ahad, 5 Februari 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --"Welcome home Eman," demikian tertera dalam sebuah poster yang dipegang Eman Ali (12 tahun). Remaja perempuan asal Yaman itu lari memeluk kakak perempuannya. Air mata tak tertahankan mengalir di pipi keduanya.

Para pelancong dari tujuh negara dominan Muslim terimbas perintah eksekutif Presiden AS Donald Trump berlomba dengan waktu untuk segera masuk kembali ke AS. Dilansir London Evening Standard, Senin (6/2), mereka memanfaatkan putusan Pengadilan Banding AS menjegal perintah eksekutif tersebut.

Mereka khawatir larangan masuk akan segera diterapkan lagi sehingga memutuskan kembali sesegera mungkin. Pertemuan keluarga Eman terjadi dengan mengharukan di San Francisco International Airport. Ahad malam (5/2) menjadi hari istimewa bagi mereka.

Banyak yang terjegal di bandara pun akhirnya bisa keluar. Eman dan ayahnya, Ahmed Ali adalah dua orang yang berhasil mendarat di bandara tersebut pada Ahad. Mereka disambut bahagia keluarga di AS.

Eman Ali (tengah) berkumpul kembali bersama kakak perempuannya Salma (kanan) di San Francisco International Airport di San Francisco. Reuters

Keluarga ini tampak berurai air mata dan saling berpelukan, seperti baru menyambut orang tercinta yang kembali dari medan perang. Eman dan ayahnya terhambat di Dijbouti sejak Senin pekan lalu. Otoritas menolak menerbangkan mereka ke AS.

Mereka terbang dari Yaman, satu dari tujuh negara yang ada dalam daftar Trump. "Ini tidak adil, maksudku beberapa orang jahat tidak membuat semua orang jadi jahat juga," kata Ahmed.

Seorang mahasiswa, Sara Yarjani juga jadi korban perintah eksekutif Trump. Ia dipulangkan kembali ke Wina setelah tiba di AS. Namun pada Ahad, ia akhirnya diizinkan mendarat di Los Angeles.

Sara memiliki visa legal untuk jadi mahasiswa AS selama dua tahun. Ammar Aqel Mohammed Aziz dan Tareq Aqel Mohammed Aziz yang berasal dari Yaman bahkan pemegang kartu hijau. Mereka pun dipulangkan ke Ethiopia.

Pejabat bandara Kairo melaporkan ada 33 migran dari Yaman, Suriah, dan Irak yang seharusnya tiba di AS tapi ditolak. Pada Ahad malam, imigrasi menunda perintah eksekutif Trump hingga setidaknya Senin. Pemerintahan Trump telah berjanji segera mengajukan banding dan menerapkannya kembali.

Hakim di San Francisco menolak permintaan pemerintah untuk penerapan kembali kebijakan Trump. Permintaan resmi akan diupayakan kembali pada Senin.

Trump geram atas fenomena ini. Ia pun mengeluarkan cicitan di akun Twitter. Bahwa Keamanan Dalam Negeri tetap melakukan pemantauan atas orang-orang yang datang dengan hati-hati.

"Saya tidak percaya seorang hakim bisa menempatkan negara ini dalam bahaya. Jika sesuatu terjadi, maka salahkan dia dan sistem pengadilan," kata Trump.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement