Rabu 08 Feb 2017 22:21 WIB

Duterte Sebut Mantan Presiden Kolombia 'Idiot'

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Foto: AP Photo/Bullit Marquez
Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte berjanji akan terus mempertahankan perang melawan narkotika di negaranya, Rabu (7/2). Ia menolak kritik yang datang dari berbagai pihak, termasuk mantan presiden Kolombia, Cesar Gaviria mengenai tindakan keras terhadap pelaku kejahatan.

Bahkan, Duterte tak segan mengatakan bahwa Gaviria adalah seorang 'idiot' karena saran yang ia berikan melalui artikel di New York Times. Di sana, Gaviria menilai, operasi kekerasan melawan narkotika di Filipina menjadi tindakan yang mendatangkan bahaya lebih besar dibandingkan keberhasilan.

Gaviria mencontohkan tindakan keras yang pernah dilakukan Pemerintah Kolombia terhadap sejumlah kartel kokain di negara itu.  "Saya berharap Duterte tidak melakukan pendekatan untuk memerangi narkotika dengan cara yang keras jika tak ingin menemui kegagalan seperti Kolombia yang pada akhirnya hanya terjatuh dalam perangkap," ujar Gaviria.

Namun, Duterte membalas saran tersebut dengan mengatakan, kasus yang terjadi di Kolombia berbeda dengan Filipina. Di salah satu negara Asia Tenggara itu, dampak obat-obatan terlarang begitu berbahaya karena kebanyakan adalah narkotika jenis sabu dan methamphetamine.

"Dia (Gaviria) seolah memberi kuliah kepada saya yang isinya tidak bermanfat sama sekali karena kenyatannya narkotika yang beredar di Filipina sangat buruk yaitu merusak otak," jelas Duterte.

Perang narkotika yang dilakukan Duterte telah menarik perhatian internasional karena tingginya angka kematian dalam operasi yang dilakukan oleh polisi terhadap pelaku. Dilaporkan tercatat lebih dari 7700 orang tewas dan banyak di antaranya terlibat baku tembak dengan petugas.

Laporan yang beredari dari Amnesti Internasional juga mengatakan banyak pembunuhan dalam operasi melawan narkotika yang benar-benar sistematis, terencana, dan terorganisir. Bahkan, disebut polisi mengambil keuntungan dengan kewenangan yang diberikan.

Salah satunya adalah uang dalam jumlah besar. Menurut Duterte hal itu perlu diberikan saat petugas berpura-pura menjadi 'pembeli' narkotika dalam operasi penangkapan pelaku.

Baca juga,  Duterte tak Siap Berdamai dengan Oposisi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement