REPUBLIKA.CO.ID, JUBA -- Sudan Selatan mendeklarasikan kelaparan di sejumlah wilayahnya, Senin (20/2). Ini adalah deklarasi kelaparan pertama di dunia dalam enam tahun terakhir.
Pemerintah dan PBB melaporkan sekitar 100 ribu orang telah menderita kelaparan. Sekitar sejuta orang lainnya berada diambang bencana tersebut.
Perang sipil dan runtuhnya ekonomi negara menjadi kombinasi mematikan penyebab kelaparan. Sejumlah negara menghadapi ancaman yang sama dengan Sudan Selatan, seperti Yaman, Somalia dan Nigeria.
Meski baru dideklarasikan di sejumlah wilayah, kelompok kemanusiaan memperingatkan krisis ini mudah menyebar jika tidak ada tindakan darurat. Lembaga bantuan, termasuk Program Pangan Dunia PBB (WFP) dan Unicef mengatakan lebih dari 40 persen populasi sangat butuh makanan.
Bencana kelaparan dideklarasikan jika fenomena ini sudah mengancam nyawa dan malnutrisi. Setidaknya 20 persen rumah tangga mengalami kekurangan pangan akut tanpa bisa diatasi. Malnutrisi akut harus melebihi 30 persen dan tingkat kematian dinyatakan melebihi dua orang per 10 ribu orang per hari.
Kepala WFP Sudan Selatan, Joyce Luma mengatakan bencana ini adalah ulah manusia. Setelah tiga tahun konflik di seluruh negara, produksi pangan merosot tajam. Mata pencaharian petani dan kehidupan pedesaan pun hancur.
Konflik menyebabkan harga pangan melesat naik, kerusakan ekonomi dan rendahnya produksi pertanian. Ini memang bukan pertama kalinya Sudan Selatan mengalami krisis serupa. Saat perang memerdekakan diri dari Sudan pada 1998, daerah ini juga menderita kelaparan akut.