Kamis 23 Mar 2017 06:31 WIB

Pendukung ISIS Sebut Serangan London adalah Pembalasan Dendam

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Polisi berjaga di sekitar gedung Parlemen Inggris di London, Rabu (22/3).
Foto: EPA/Will Oliver
Polisi berjaga di sekitar gedung Parlemen Inggris di London, Rabu (22/3).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pendukung kelompok radikal ISIS mengatakan serangan yang terjadi di London adalah balas dendam atas serangan udara yang dilakukan Inggris terhadap ISIS di Suriah dan Irak. Melalui layanan perpesanan Telegram, mereka mengatakan serangan itu adalah serangan yang diberkati.

The Telegraph melaporkan, salah satu dari mereka mengatakan Inggris telah membayar darah dengan darah karena telah terlibat dalam operasi melawan ISIS bersama Amerika Serikat (AS). "Pertempuran kami di tanah Anda baru saja dimulai," tulis salah satu dari mereka.

Namun sampai saat ini belum ada klaim dari siapa pun yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Serangan yang diorganisir oleh ISIS biasanya akan diklaim dalam 24 jam pertama.

Motivasi pelaku juga belum diketahui. Akan tetapi penggunaan kendaraan untuk menabrak kerumunan serta penggunaan pisau merupakan ciri yang banyak dilakukan oleh ISIS dalam sejumlah serangan, seperti serangan di Pasar Natal Berlin dan di Nice.

Baca: Lima Orang Tewas dan 40 Terluka dalam Serangan London

Mantan juru bicara ISIS, Abu Mohammad al-Adnani, mengatakan anggotanya telah diperintahkan untuk melakukan serangan di rumah mereka di Eropa. Hal itu disampaikan dalam sebuah pesan audio.

"Jika Anda tidak dapat menemukan peluru, kemudian Anda melihat warga Amerika, Prancis, atau salah satu dari sekutu mereka, pukul kepalanya dengan batu, atau bantai dengan pisau, atau tabrak dengan mobil Anda ," kata dia.

ISIS telah secara eksplisit mengancam akan melakukan serangan terhadap Inggris selama 18 bulan terakhir. Pada akhir video propaganda ISIS yang mengklaim serangan Paris pada November 2015 lalu, kelompok itu mengatakan Inggris akan menjadi target berikutnya.

Inggris adalah negara kedua setelah Prancis yang warganya paling banyak melarikan diri untuk bergabung dengan ISIS di Suriah dan Irak. Namun, Inggris selalu terhindar dari serangan mematikan seeprti yang dialami oleh negara-negara seperti Prancis, Belgia, dan Jerman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement