REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru Bicara Medvedev menyebut tudingan korupsi terhadap Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev merupakan serangan propaganda. Mereka digerakkan Navalny menjelang pemilihan umum.
Polisi Rusia telah menangkap ketua kelompok oposisi liberal Alexei Navalny, setelah ribuan pengunjuk rasa turun, dan meminta Perdana Menteri Dmitry Medvedev mundur dari jabatannya. (Baca: Polisi Tahan Ratusan Pengunjuk Rasa di Rusia )
Navalny meminta para pengunjuk rasa turun ke jalan, setelah ada publikasi yang menyebut Medvedev telah mengumpulkan kekayaan besar, yang jauh melampaui gaji resminya. Ini membuat pengunjuk rasa marah dan turun ke jalan-jalan.
Unjuk rasa terjadi di mana-mana. Bahkan unjuk rasa terjadi di timur Kota Vladivostok. Terdapat 30 orang ditahan karena membawa tulisan "Perdana Menteri harus menjawab."
Seorang pelajar Denis Korneev mengatakan, ia melakukan unjuk rasa melawan korupsi. Ia juga meminta pemerintah menjawab tudingan Navalny.
"Di banyak negara, pemerintah akan mengundurkan diri atas masalah seperti ini," kata Korneev.
Saksi mata mengatakan, empat orang ditahan karena melakukan unjuk rasa di Yekaterinburg. Di wilayah industri di daerah Ural.
Media lokal menyebut banyak unjuk rasa besar-besaran terjadi di kota-kota lain termasuk di St Petersburg dan Novosibirsk. Namun media pemerintah tak mempedulikan unjuk rasa tersebut.