Senin 03 Apr 2017 16:17 WIB

Dubes Jepang Kembali ke Korsel Pascainsiden Patung Perempuan Penghibur

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Seorang perempuan mengambil gambar patung seorang gadis yang melambangkan korban budak seks Jepang saat PD II di depan Kedubes Jepang di Seoul, Korsel, Selasa, 29 Desember 2015.
Foto: AP Photo/Lee Jin-man
Seorang perempuan mengambil gambar patung seorang gadis yang melambangkan korban budak seks Jepang saat PD II di depan Kedubes Jepang di Seoul, Korsel, Selasa, 29 Desember 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang kembali mengutus duta besar negaranya ke Korea Selatan (Korsel), Senin (3/4). Hal ini dilakukan setelah tiga bulan lamanya terjadi insiden yang melibatkan patung perempuan penghibur yang disebut melanggar perjanjian kedua belah pihak.

Pada 2015, kedua negara sepakat menyelesaikan permasalahan saat Perang Dunia II. Ketika itu, banyak perempuan Korsel yang terpaksa bekerja sebagai perempuan penghibur untuk pasukan militer Jepang.

Dengan perjanjian itu, Jepang sekaligus menyatakan permintaan maaf, serta memberikan dana bantuan bagi korban Perang Dunia II di Korsel. Namun, pada 2016 ada sebuah patung wanita yang duduk tanpa alas kaki dirikan di dekat kantor konsulat negara itu di Busan, Korsel.

Menurut Jepang, patung itu merupakan pelanggaran atas perjanjian yang disepakati dengan Korsel. Karena itulah, pada awal Januari lalu Duta Besar Yasumasa Nagamine ditarik dari Negeri Ginseng.

Istilah wanita penghibur di Jepang ditujukan untuk para perempuan yang kebanyakan berasal dari Korsel, Cina, Filipina, dan beberapa negara di Asia lainnya yang dipaksa bekerja di rumah bordil oleh militer Jepang. Aktivis Korsel memperkirakan ada sebanyak 200 ribu korban yang berasal dari negara itu di masa Perang Dunia II.

"Nagamine akan kembali ke Korsel karena ia harus berada di sana di tengah situasi kedua negara harus bersama membahas kerja sama lebih lanjut," ujar Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida, Rabu (3/4).

Ia menjelaskan setelah Presiden Korsel yang dimakzulkan Park Geun-hye secara resmi ditahan, maka akan ada kemungkinan pembicaraan lebih lanjut tentang kerja sama dilakukan. Duta besar Jepang juga harus mengumpulkan informasi mengenai situasi terkini guna mempertahankan hubungan diplomatik.

"Di dalam hal ini termasuk kerj asama antara Jepang dan Korsel dalam menghadapi program nuklir Korea Utara (Korut)," ungkap Kishida.

Setelah menarik duta besar negaranya, Jepang terpaksa menunda pertemuan dialog ekonomi tingkat tinggi dengan Korsel. Sebelumnya, acara ini dijadwalkan digelar dalam waktu dekat, diantarnya untuk membahas kemungkinan pertukaran mata uang baru antara Jepang dan Korsel.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement