REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki terbagi antara mereka yang merayakan kemenangan referendum nasional, dan mereka yang mendesak dilakukan penghitungan ulang.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengklaim kemenangan dalam pemilihan tersebut. Kemenangannya akan makin mengukuhkan kekuasaan Erdogan.
Berikut ini sejumlah reaksi dari tokoh politik besar mengenai hasil awal referendum pada Ahad malam (16/4), dikutip dari BBC.
Presiden Erdogan
Dalam pidatonya di Istanbul, Erdogan mengklaim telah mendulang kemenangan. "Perubahan konstitusi hari ini bukan hanya perubahan biasa. Ini pertama kalinya dalam sejarah Turki, rakyat memberi suara mereka dalam perubahan konstitusi penting. Di masa lalu, parlemenlah yang memutuskan melakukan perubahan konstitusi," katanya.
Dia juga mengatakan pemilih di luar negeri merupakan bagian besar yang menyukseskan referendum. "Kami ingin negara dan institusi lain menghormati keputusan bangsa ini," ujarnya.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara kepada media usai hasil tak resmi referendum diumumkan, Ahad, 16 April 2017. (Yasin Bulbul/Presidential Press Service via AP)
Baca: Hari Referendum Turki Makan Korban Tiga Nyawa
Perdana Menteri
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim yang memimpin kampanye "Ya" untuk referendum mengatakan referendum membuktikan tingkat kematangan dan perkembangan demokrasi Turki kepada dunia.
"Kami adalah warga kelas pertama negara kami dan kami semua setara," ujarnya kepada pendukung dari balkon markas Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di Ankara.
"Rakyat kami telah memutuskan dan mengatakan ya terhadap sistem pemerintahan presidensial di negara ini. Bangsa ini tidak akan pernah menghadapi intervensi eksternal, dan tidak akan menyerah terhadap ancaman," katanya.
Oposisi
Oposisi utama Turki Partai Rakyat Republik (CHP) mendesak dilakukan penghitungan ulang. Wakil Deputi Bulent Tezcan mengutuk pelanggaran yang terjadi dalam proses pemungutan suara.
"Kami akan menempuh langkah hukum. Jika kesalahan ini tidak diperbaiki, akan ada diskusi legitimasi serius," katanya.
Partai Rakyat Demokrasi (HDP) yang pro-Kurdi mengatakan hasil referendum tidak sah hingga ada hasil akhir dari gugatan.
Sayap Kanan
Partai oposisi Partai Gerakan Nasionalis (MHP) memiliki perselisihan internal mengenai referendum. MHP mengeluarkan anggotanya Meral Aksener yang menjadi pendukung "Tidak".
Pemimpin Devlet Bahceli yang mendukung "Ya" mengatakan hasil tersebut merupakan pencapaian sukses dan harus dihormati. Aksener mempermasalahkan hasil referendum.
Pendukung Recep Tayyip Erdogan merayakan hasil referendum yang memenangkan kekuasaan Erdogan di Ankara, 17 April 2017. (AP Photo/Ali Unal)
Reaksi Lain
- Jerman terlibat perselisihan diplomatik dengan Turki sebelum referendum karena Jerman menolak kampanye politik Erdogan di tanah Jerman. Sekitar 1,4 juta pemilih Turki tinggal di Jerman.
- Dewan Eropa yang merupakan badan HAM pan-Eropa dimana Turki menjadi anggota mengatakan dalam pernyataan, para pejabat harus mempertimbangkan langkah berikutnya dengan hati-hati. Dewan Eropa merupakan entitas yang berbeda, dan bukan merupakan cabang Uni Eropa.
- Komisi Uni Eropa meminta otoritas Turki mencari konsensus nasional seluas mungkin.