Ahad 11 Jun 2017 07:49 WIB

Imam Masjid Tertua di Melbourne Bisa Enam Bahasa

Menurut Imam Masjid di Carlton North, Australia Besim Hasani pekerjaan imam butuh 24 jam sehari untuk siap layani anggota komunitas Muslim kapan pun.
Foto: ABC
Menurut Imam Masjid di Carlton North, Australia Besim Hasani pekerjaan imam butuh 24 jam sehari untuk siap layani anggota komunitas Muslim kapan pun.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Masjid di kawasan Carlton North merupakan masjid tertua yang terletak di kota Melbourne, Australia. Masjid ini dibangun pada 1969 oleh warga asal Albania, yang pada saat itu juga mendapat bantuan dari warga Carlton North yang bukan Muslim.

Imam yang bertugas di masjid itu saat ini adalah Dr Besim Hasani. Dia menguasai enam bahasa, termasuk bahasa Melayu.

Di setiap malam Ramadhan, masjid ini ramai dipenuhi para jamaah dari berbagai latar belakang untuk menunaikan ibadah shalat tarawih. Imam Dr Hasani memberikan ceramah soal penjelasan surat-surat pendek dari Alquran.

Ia banyak mengingatkan soal kerukunan hidup bermasyarakat, serta peranan Muslim sebagai komunitas minoritas di Australia. Berikut wawancara Erwin Renaldi dari ABC bersama Imam Dr Besim Hasani.

Bagaimana Anda memulai karier sebagai imam?

Saat saya berusia 14 tahun, saya tidak tahu banyak soal Islam. Keluarga saya di Albania adalah Muslim, tapi tidak relijius seperti keluarga Muslim di Albania kebanyakan. Negara kami saat itu di bawah komunisme, sehingga tidak tahu soal Islam. Saya pernah memutuskan untuk sekolah kedokteran, sampai ada seseorang yang datang menemui ayah saya dan bertanya mengapa saya tidak belajar agama Islam saja.

Lalu Anda memilih mengambil studi Islam setelah itu?

Ada sesuatu di dalam hati saya yang mengatakan pergilah dan belajar Islam. Saya melanjutkan ke sekolah menengah Islam, kemudian saya mendapat beasiswa untuk belajar Hukum Syariah di Universiti Brunei Darussalam, kemudian lanjut hingga master. Lalu Menteri Pendidikan dan Menteri Keagamaan Brunei saat itu mendukung saya untuk tinggal di sana dan melanjutkan PhD di Sultan Sharif Ali Islamic University (UNISSA). Saya menjadi mahasiswa pertama yang menyelesaikan program Doktor di universitas tersebut. Usia saya saat itu 27 tahun. Lalu memutuskan pergi ke Australia untuk menjadi imam di tahun 2010.

BekimHasani_Two_Aplus
Imam Bekin mengatakan saat remaja ia tak tahu banyak soal Islam.

ABC News, Erwin Renaldi

Anda menguasai banyak bahasa, ada manfaatnya kemampuan ini untuk menjadi seorang imam?

Saya bisa bahasa Albania, Bosnia, Arab, Turki, Inggris, dan Melayu yang hingga sekarang masih belajar. Saya melihat orang dari berbagai budaya datang kesini, sehingga jika saya bisa berbicara dengan bahasa yang sama dengan mereka, mereka merasa diterima untuk datang ke masjid ini. Dengan bahasa Melayu, saya membuat banyak mahasiswa dari Indonesia, Malaysia, Brunei, merasa disambut di sini.

Apa yang menjadi tantangan menjadi seorang imam di negara Australia?

Menjadi imam adalah sebuah tantangan… setiap harinya ada saja yang terjadi, ada yang sakit, meninggal, ada pula yang menikah, atau mereka yang butuh konsultasi. Jadi dari mulai saya bangun di pagi hari sampai saya beranjak tidur, telepon saya tak pernah berhenti berdering. Menjadi imam bagi saya, adalah sebuah kehormatan… untuk memimpin shalat, menyampaikan khutbah Jumat, terlibat dalam dialog antaragama, mengajarkan anak-anak Muslim soal agama.

Dr Bekim Hasani, imam dari masjid komunitas Albanian di Carlton North, Victoria.
Dr Bekim Hasani, imam dari masjid komunitas Albanian di Carlton North, Victoria.

ABC News, Erwin Renaldi

Bagaimana pendapat Anda soal imam-imam yang kemudian menjadi ternama?

Ya, sebutannya imam selebritis. Sebagai imam, kita harus berhati-hati dengan misi kita. Misi kita adalah untuk mengedukasi diri sendiri dan orang lain tentang Islam. Ketika mendapat reputasi baik, menjadi selebriti, banyak yang memuji, jika berdampak negatif pada diri kita dan kita mulai membanggakan diri dan mengubah misi kita, sebaiknya kita menghindar menjadi imam. Artinya Anda tidak siap menjadi imam. Menjadi seorang imam yang utama adalah takut pada Tuhan. Selalu tanyakan niat Anda apa, mengapa Anda melakukan ini.

Lantas apa yang Anda lakukan saat Islam menjadi bahan pembicaraan di Australia?

Menjadi imam, Anda harus berhati-hati dengan apa yang Anda katakan, kapan, dan bagimana menyampaikannya. Jika kita mengikuti Al Quran dan Hadits, kita tidak akan pernah salah. Saya selalu memberikan pernyataan soal Islam dan mengutuk keras aksi-aksi yang mengatasnamakan Islam. Koran-koran dan media hanya membicarakan hal yang buruk tentang Islam, untuk menarik perhatian orang. Tapi mereka tidak memberitakan apa yang komunitas Islam katakan sebenarnya.

Anda lahir dan dibesarkan di Albania, kemudian sekolah di Brunei hampir 10 tahun, dan sudah enam tahun tinggal di Australia. Apa yang membedakan menjadi Muslim di Australia?

Hidup di negara yang mayoritas bukan Muslim, seperti Australia, adalah sebuah tantangan besar. Begitu kita buka pintu rumah, ada banyak godaan dimana-mana. Jadi jika tidak cukup kuat, tidak punya iman yang kuat, kita bisa dengan mudah tergelincir ke dalam hal-hal yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Tapi tantangan terbesar adalah pendidikan untuk anak-anak dan generasi selanjutnya.

Masjid tertua di kota Melbourne, dibangun komunitas warga Albania.
Masjid tertua di kota Melbourne, dibangun komunitas warga Albania.

ABC News, Erwin Renaldi

Jadi sulitkah hidup sebagai Muslim di Australia?

Hidup di negara barat sangat sulit tapi di saat bersamaan juga bisa lebih berpahala, karena kita berbaur dengan agama dan kepercayaan lain. Jumlah kita [Muslim di Australia] hanya dua persen. Karenanya kita harus terus bersatu, menolong satu sama lain, saling mengingatkan, seperti yang dikatakan Nabi Muhammad.

Upaya apa yang Anda lakukan agar tidak ada jemaah Anda yang menyalahgunakan ajaran Islam?

Penting bagi kami untuk berkomunikasi dengan Kepolisian negara bagian Victoria dan Kepolisian Federal Australia. Saya selalu mencoba mengedukasi jemaah di sini. Jika mereka melihat sesuatu yang mencurigakan, baik dari kalangan Muslim atau bukan, terlepas dia punya janggut atau menggunakan jubah, teleponlah 000 (layanan darurat Australia). Dengan melakukan ini, Anda membantu masjid ini, membantu komunitas Muslim, dan tentunya ikut menjaga negara ini. Australia telah membuka tangannya dengan lebar agar kita bisa tinggal di sini, jadi komunitas Muslim pun perlu ikut serta menjaga negara ini tetap aman.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/sosok/imam-masjid-tertua-di-melbourne-bisa-enam-bahasa/8603908
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement