Senin 19 Jun 2017 12:46 WIB

Suka-Duka Perlindungan WNI di Italia

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Roma, Italia.
Foto: Erik Purnama Putra
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Roma, Italia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai negara yang terbilang sejahtera di dunia, Italia saban hari banyak dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai bangsa, baik dari Afrika, Timur Tengah hingga Asia Tenggara dan Asia Timur.

Bahkan ketika datang musim panas, turis dari Eropa Utara dan Timur membanjiri kota Roma, Milan dan Pisa. Tidak heran kemudian, Italia selalu penuh dengan acara-acara festival berskala internasional seperti teater, tari-tarian, paduan suara, folk lore, dan lainnya.

Di tengah arus wisatawan asing dan imigran yang berjubel memasuki kota-kota di Italia, ternyata diam-diam tetapi pasti, ada sejumlah WNI yang memutuskan bekerja sebagai ABK (anak buah kapal) di kapal-kapal penangkap ikan di daerah pesisir laut Italia. Ada juga WNI yang bekerja sebagai pelayan toko, restoran dan ART (asisten rumah tangga).

Sebagai pejabat baru di KBRI Roma,  saya diserahi tugas menduduki jabatan Kepala Protokol dan Konsuler yang sifat kerjanya harus siaga 24 jam jika terdapat situasi darurat yang melibatkan WNI.

Sedikit berbagi cerita, banyak orang yang mengira bahwa hidup di Italia itu serba enak tapi beda hal dengan yang dialami beberapa orang ABK WNI yang bekerja sebagai deck hand di kapal penangkap ikan di Pozzallo, Sicilia.

Mereka hanya bergaji 450 euro sebulan, skali melaut untuk menangkap ikan menghabiskan waktu 10 hari hingga 1 bulan, bahkan bisa lebih. Kemudian merapat ke pelabuhan setempat selama 3 hari hingga 1 minggu untuk bongkar muat dan istirahat.

Begitulah siklus hidup yang harus mereka jalani setiap hari, jauh dari keluarga dan terkadang harus menghadapi badai di tengah laut lepas. Beratnya beban kerja dan kurangnya bekal bahasa asing, membuat para ABK WNI tersebut tidak betah karena sering berselisih paham dengan ABK berkebangsaan Italia yang tidak mngerti bahasa Indonesia.

Karena seringnya bermasalah di atas kapal inilah kemudian banyak dari mereka yang mengalami kesulitan supply makanan, gaji telat dibayar dan menurunnya semangat kerja. Mendengar laporan ABK WNI ini, saya kemudian diutus oleh ibu Duta Besar RI Roma untuk ke Pozallo, Sicilia untuk menyelesaikan masalah mereka.

Alhmdulillah, setelah sampai di Airport Catania, Sicilia, saya dijemput oleh agen kapal bernama Augusta Marsello dan langsung membawa saya ke pelabuhan Pozzallo (berjarak 84 km dari Catania) tempat para ABK WNI itu berada. Singkat cerita, para ABK WNI merasa sangat senang karena mendapat kunjungan dari staf KBRI Roma, demi untuk membela hak-hak mereka sebagai pelaut.

Melalui serangkaian negosiasi antara saya dan agen kapal dan juga pemilik kapal, akhirnya disepakati bahwa gaji yang semula 450 euro per bulan akan dinaikkan menjadi 500 euro per bulan setelah bekerja selama 6 bulan.

Pemberian gaji akan dilakukan on time sesuai kesepakatan dan terkait supply makanan, pemilik kapal menjamin tidak akan lagi kekurangan, bahkan para ABK WNI itu dibebaskan memasak sendiri sesuai selera orang Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement