Rabu 05 Jul 2017 10:09 WIB

Korut Punya Rudal Antarbenua, Kim: AS tak akan Senang

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Teguh Firmansyah
Kim Jong un
Foto: EPA/KCNA
Kim Jong un

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara setelah uji coba balistik antarbenua sukses dilakukan Selasa. AS memperingatkan bahwa setiap negara yang menampung pekerja Korut sama saja bersekongkol dengan rezim Kim Jong-un .

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson, mengkonfirmasi, Korea Utara telah melakukan uji coba pertama terhadap rudal balistik antarbenua (ICBM). Ia menyerukan tindakan global untuk melawan eskalasi ancaman oleh Korut.

Seperti dilansir The Guardian, Rabu, (5/7), Kim Jong-un menyampaikan pesannya sendiri pada Rabu melalui  kantor berita Korea Central News Agency (KCNA). Ia mengatakan, bajingan Amerika tidak akan senang dengan hadiah yang dikirim pada peringatan 4 Juli ini.

KCNA mengklaim bahwa rudal itu mampu membawa hulu ledak nuklir besar dan berat yang bisa bertahan masuk kembali ke atmosfer bumi.

Konfrontasi Korut dengan Washington, ujar Kim, telah memasuki tahap akhir. Pyongyang tidak akan menjadikan senjata nuklir dan rudal balistik untuk dinegosiasikan kecuali kebijakan dan ancaman nuklir AS juga berakhir sepenuhnya.

Sebuah laporan di media Korut mengatakan, Kim mendesak ilmuwannya untuk sering mengirimkan paket hadiah besar dan kecil kepada orang Yankee. Korut mengklaim berhasil menguji rudal balistik antarbenua.

Tillerson memperingatkan, setiap negara yang menjadi tuan rumah pekerja Korut, atau memberikan bantuan ekonomi atau militer ke Pyongyang, termasuk merekaa yang gagal menerapkan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa sama saja membantu dan bersekongkol dengan rezim berbahaya tersebut.

"Amerika Serikat mengecam keras peluncuran rudal balistik antarbenua Korut. Menguji ICBM merupakan eskalasi ancaman baru bagi Amerika Serikat, sekutu dan mitra kami, kawasan, dan dunia. Semua negara harus secara terbuka menunjukkan kepada Korut ada konsekuensi dalam mengejar senjata nuklir mereka," kata Tillerson.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement