REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Dukungan untuk Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe merosot di bawah 30 persen di Pemilihan Majelis Tokyo, terendah sejak ia kembali berkuasa pada 2012, demikian menurut hasil jajak pendapat yang dirilis Jumat (14/7).
Kecurigaan atas skandal pilih kasih untuk seorang teman dalam bisnis dan persepsi di kalangan para pemilih bahwa dia dan rekan-rekannya menjadi tinggi hati, menimpa Abe yang hingga saat ini masih diminati untuk memenangi masa jabatan tiga tahun sebagai pemimpin partai, dan jabatannya berakhir pada September 2018.
Dukungan untuk pemerintahan Abe jatuh 15,2 poin dari sebulan sebelumnya, merosot ke 29,9 persen, menurut survei opini publik pada 7-10 Juli oleh kantor berita Jiji. Ketidakpercayaan publik pada perdana menteri itu menjadi alasan utama hilangnya popularitas Abe bagi 67,3 persen responden, demikian yang diberitakan Jiji.
Alasan lain yang membuat publik tidak menyukai kebijakannya adalah fakta bahwa tidak adanya hal yang bisa diharapkan dari PM Jepang tersebut. Jajak pendapat terbaru menunjukkan dukungan Abe paling rendah sejak ia kembali menjabat pada Desember 2012.
Saat dia berjanji menghidupkan kembali perekonomian yang lesu, memperkuat pertahanan dan merevisi konstitusi pasifis. Media setempat melaporkan, dalam upaya untuk mengubah arus, Abe sedang mempertimbangkan untuk merombak secara besar-besaran kabinet yang dibentuknya pada 3 Agustus tahun lalu, mengganti lebih dari setengah dari 19 menteri kabinetnya sambil mempertahankan sekutu kuncinya.