Rabu 23 Aug 2017 12:30 WIB

Dua Orang di Maroko Ditangkap Terkait Teror Barcelona

 Korban luka diberi pertolongan seketika setelah sebuah van warna putih naik ke pedesterian di distrik berserajarah La Ramblas, Barcelona, Spanyol, dan menabrak pejalan kaki (Ilustrasi)
Foto: AP
Korban luka diberi pertolongan seketika setelah sebuah van warna putih naik ke pedesterian di distrik berserajarah La Ramblas, Barcelona, Spanyol, dan menabrak pejalan kaki (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Pihak berwenang Maroko menangkap dua orang yang diduga memiliki hubungan dengan tersangka pelaku kejahatan serangan van yang menewaskan 13 orang di kota Barcelona, Spanyol. Peristiwa ini mengundang kecaman dari masyarakat internasional.

Menurut laporan stasiun televisi 2M pada Selasa (22/8), dalah seorang pria berusia 28 tahun ditahan di Nador, di dekat daerah kantong Melilla. Ia tinggal selama 12 tahun di Barcelona dan dicurigai memiliki hubungan dengan kelompok IS, serta diduga telah merencanakan serangan terhadap kedutaan besar Spanyol di Rabat.

Tersangka kedua ditangkap di kota Oujda, dekat perbatasan Maroko dengan Aljazair. Dia merupakan penduduk Ripoll, kota kecil di Spanyol timur laut, sebuah tempat dimana banyak anggota jaringan itu tinggal.

Menurut televisi 2M, kedua terduga ditangkap pada Ahad (20/8). Namun, pejabat Maroko tidak segera menjawab permintaan untuk memberikan tanggapan.

Pada Senin, kepolisian Spanyol menembak mati seorang warga negara Maroko berusia 22 tahun, Younes Abouyaaqoub, yang mereka sebut sebagai pengemudi Van yang menabrak kerumunan orang di jalan raya Las Ramblas, Barcelona Kamis pekan lalu. Peristiwa itu menewaskan 13 orang dan melukai 120 lagi.

Kelompok ISIS mengaku, bertanggung jawab atas serangan van itu dan sebuah serangan mematikan terpisah beberapa jam kemudian, di lokasi wisata pantai Cambrils, sebelah selatan Barcelona. Polisi mengatakan, bahwa terduga pemimpin jaringan pegaris keras tersebut, Abdelbaki Es Satty, tewas ketika terjadi ledakan di sebuah rumah yang digunakan oleh kelompok tersebut untuk merakit bom. Ledakan tersebut terjadi sehari sebelum dilancarkannya serangan Barcelona.

Di desa Tangaya, Maroko utara, petugas keamanan ditempatkan di dekat rumah keluarga Es Satty, para reporter dilarang untuk mendekat pada Selasa. Warga sekitar mengatakan bahwa Es Satty, yang berusia pertengahan 40an, telah meninggalkan rumah keluarganya sejak lebih dari 15 tahun lalu. "Dia sudah lama meninggalkan keluarganya," kata seorang penduduk sekitar desa itu.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement