Selasa 05 Sep 2017 10:06 WIB

AS: Korut Telah Memohon Perang

Rep: Puti Almas/ Red: Esthi Maharani
Uji coba rudal balistik yang dilengkapi dengan sistem panduan presisi, di lokasi yang dirahasiakan di Utara Korea.
Foto: EPA / KCNA
Uji coba rudal balistik yang dilengkapi dengan sistem panduan presisi, di lokasi yang dirahasiakan di Utara Korea.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Nikki Haley mengatakan Korea Utara (Korut) telah meminta perang dimulai. Ia menilai tindakan yang dilakukan negara itu dalam beberapa waktu terakhir semakin memicu langkah yang lebih keras diperlukan.

"Perang bukanlah sesuatu yang AS inginkan, karena kami tidak menginginkannya sekarang, tetapi kesabaran tetap memiliki batas," ujar Haley dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, dilansir Asian Correspondent, Selasa (5/9).

Tindakan Korut yang kembali memicu kemarahan internasional adalah uji coba bom hidrogen yang dilakukan pada Ahad (3/9) lalu. Negara yang dipimpin Kim Jong-un itu mengklaim melakukan tes terbaru dari alat peledak tersebut yang dirancang untuk ditempatkan dalam Peluru Kendali Balistik Antar Benua (ICBM).  Ini disebut sebagai keberhasilan dari tujuan negara itu sejak lama untuk menempatkan hulu ledak nuklir sebagai alat persenjataan mereka.

Negara terisoalsi itu menuturkan bahwa tes bom hidrogen tersebut menjadi yang keenam kalinya dilakukan sejak 2006. Korut dapat mengklaim kesuksesan besar, karena kali ini persenjataan nuklir mereka berkembang dan memiliki kemampuan dua kali lipat lebih besar dari sebelumnya.

Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Senin (4/9) kemarin, Haley juga mendesak seluruh negara anggota menjatuhkan sanksi paling kuat untuk mencegah program nuklir Korut. Ia juga hendak mengedarkan resolusi terbaru untuk memenuhi langkah itu.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan tindakan militer dapat segera dipersiapkan untuk menghadapi ancaman Korut. Ia juga melakukan percakapan dengan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in mengenai langkah mengerahkan alat pertahanan berupa kapal induk dan peledak strategis di Semenanjung Korea.

Sementara itu, Cina dan Rusia sebagai negara anggota Dewan Keamanan PBB menyerukan resolusi damai untuk mengatasi krisis Semenanjung Korea. Kedua negara berpendapat tindakan keras yang dilakukan untuk menghadapi Korut hanya akan memicu kekacauan lebih besar.

"Cina tidak akan membiarkan kekacauan dan perang di Semenanjung Korea. Kami mendesak agar Korut berhenti melakukan tindakan yang salah dan ini bukan hanya untuk kepentingan mereka," kata Duta Besar Cina untuk PBB Liu Jieyi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement