Selasa 12 Sep 2017 08:59 WIB

PBB: 313 Ribu Rohingya Lari ke Bangladesh Dua Pekan Terakhir

Rep: Marniati/ Red: Bilal Ramadhan
Bocah Rohingya di pengungsian Rohingya di Ukhiya, Cox Bazaar, Bangladesh
Foto: Abir Abdullah/EPA
Bocah Rohingya di pengungsian Rohingya di Ukhiya, Cox Bazaar, Bangladesh

REPUBLIKA.CO.ID, GENEVA -- Lebih dari 310 ribu Muslim Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak 25 Agustus 2017 lalu. Juru bicara badan pengungsi PBB (UNHCR), Duniya Aslam Khan mengatakan jumlah Muslim Rohingya yang telah melintasi perbatasan dari Myanmar ke Bangladesh telah mencapai 313 ribu.

Sebelumnya pada hari Senin, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Zeid Ra'ad al-Hussein meminta pemerintah Myanmar untuk mengakhiri operasi keamanan brutal di daerah berpenduduk Muslim di negara tersebut. Dia mengatakan operasi keamanan Myanmar di negara bagian Rakhine merupakan tindakan pembersihan etnis.

Secara terpisah, pemerintah Jerman telah meminta Myanmar untuk memenuhi tanggung jawabnya untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan yang dihadapi oleh minoritas Muslim negara tersebut. Juru bicara Kanselir Angela Merkel Steffen Seibert menyuarakan keprihatinan besar tentang kekerasan baru-baru ini dan pelanggaran hak asasi manusia selama Berbicara di konferensi pers di Berlin, Senin.

"Kami meminta pemerintah Myanmar untuk memenuhi tanggung jawabnya terhadap semua kelompok penduduk di negara ini," ujar Steffen Seibert seperti dilansir Anadolu, Selasa (12/9).

Menurutnya, sebagai peraih Nobel Perdamaian dan Penasihat Negara, Aung San Suu Kyi jarus menciptakan kedamaian di Myanmar. Seibert memperbarui seruan Berlin untuk semua pihak dalam konflik tersebut agar mengambil langkah menuju solusi damai.

Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat atas serangan tersebut sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.

Oktober lalu, setelah serangan terhadap pos-pos perbatasan di distrik Maungdaw Rakhine, pasukan keamanan Myanmar melancarkan tindakan keras selama lima bulan di mana, menurut kelompok Rohingya, sekitar 400 orang terbunuh.

PBB mendokumentasikan perkosaan kelompok massal, pembunuhan termasuk bayi dan anak kecil, pemukulan dan penghilangan yang dilakukan oleh petugas keamanan. Penyelidik PBB mengatakan bahwa pelanggaran hak asasi manusia merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Kekerasan baru meletus di negara bagian Rakhine lebih dari dua pekan yang lalu ketika pasukan keamanan melancarkan operasi terhadap komunitas Rohingya. Bangladesh, yang telah menjadi tuan rumah sekitar 400 ribu pengungsi Rohingya, telahdidatangi pengungsi baru sejak operasi keamanan diluncurkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement