REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Angela Merkel kembali ditetapkan sebagai kanselir Jerman untuk yang keempat kalinya setelah partai Persatuan Demokrat Kristen Jerman (CDU) / CSU memenangkan 33 persen pemungutan suara dalam pemilihan federal. Ini artinya CDU menjadi partai terbesar di Bundestag dengan perkiraan 218 kursi.
Dilansir dari The Guardian, Ahad (25/9), perolehan suara CDU turun sebanyak 41 persen dari suara yang dikumpulkan dalam pemilihan 2013. Angka ini secara luas dianggap mengecewakan dan kemungkinan akan menurunkan popularitas Merkel di panggung politik dalam negeri.
Saingan utamanya dan mitra koalisi yang keluar Partai Demokrat Sosial Jerman (SPD), Martin Schulz mengonfirmasi pernyataan dari tokoh partai senior lainnya bahwa SPD tidak akan memperbarui koalisi besar dengan CDU. Sementara itu, Partai Alternatif untuk Jerman (AfD) yang merupakan partai nasionalis anti-Islam dan anti-imigrasi membuat terobosan bersejarah dengan memenangkan 13,5 persen suara dan memproyeksikan 87 kursi menjadi partai nasionalis pertama yang duduk di Bundestag dalam 60 tahun.
Kinerja partai tersebut menandai pergeseran besar dalam politik pascaperang Jerman yang cenderung menghasilkan nada dan dinamika yang sangat berbeda di dalam Bundestag. Keputusan SPD untuk menjadi oposisi parlementer resmi membuat koalisi satu-satunya yang layak untuk Merkel yakni ikatan tiga partai antara CDU / CSU, partai FDP pro-bisnis yang mencetak 10 persen, dan Partai Hijau, yang menang 9 persen.
Merkel mengatakan dalam pidato pascapemilihannya bahwa CDU telah mengharapkan hasil yang lebih baik namun mereka dihadapkan pada krisis migran 2015. Dia berjanji untuk mendengarkan pemilih AfD dan melakukan komunikasi politik yang baik dengan partai tersebut. AfD menjanjikan oposisi konstruktif di parlemen namun Partai Hijau telah mengeluh bahwa Nazi telah kembali ke parlemen.