Kamis 05 Oct 2017 23:30 WIB

Bangladesh Hancurkan 20 Kapal Pengangkut Rohingya

Seorang anak laki-laki Bangladesh berjalan menuju kapal saat asap terlihat dari seberang perbatasan di Myanmar, di Shah Porir Dwip, Bangladesh. Menggambarkan kekerasan sedang berlangsung di Myanmar dan menunjukkan banyak rumah Rohingya yang dibakar, Kamis (14/9).
Foto: AP
Seorang anak laki-laki Bangladesh berjalan menuju kapal saat asap terlihat dari seberang perbatasan di Myanmar, di Shah Porir Dwip, Bangladesh. Menggambarkan kekerasan sedang berlangsung di Myanmar dan menunjukkan banyak rumah Rohingya yang dibakar, Kamis (14/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SHAH POR DHIP -- Pihak berwenang Bangladesh menghancurkan sekitar 20 kapal pengangkut pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar, menuduh penyelundup memanfaatkan arus besar pengungsi untuk membawa methamphetamine masuk ke negara itu.

Para pengungsi mengatakan bahwa penjaga perbatasan juga memukul dan menangkap penumpang serta awak kapal ketika mereka berlabuh di Shah Porir Dwip, ujung selatan Bangladesh pada Selasa, sebelum akhirnya menghancurkan kapal-kapal tersebut.

Komandan Pasukan Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB), Letnan Kolonel Ariful Islam, membantah ada peristiwa pemukulan, dan mengatakan hal tersebut dilakukan sebagai tindakan keras terhadap perdagangan manusia dan penyelundupan methamphetamine, obat yang dikenal warga setempat sebagai "ya ba".

"Kapal mencoba mengangkut penumpang tanpa izin," katanya.

Dia menuduh penyelenggara perjalanan kapal memanfaatkan warga Rohingya yang malang dengan meminta sejumlah uang untuk mengirim mereka melakukan perjalanan singkat menuju Bangladesh. Beberapa penumpang mengatakan bahwa mereka telah membayar 10.000 taka Bangladesh (sekitar 1,6 juta Rupiah) masing-masing untuk perjalanan tersebut, meski ada beberapa yang mengatakan bahwa ia menumpang tanpa dipungut biaya.

Lebih dari setengah juta warga Muslim Rohingya tiba di Bangladesh dari Myanmar, yang penduduknya kebanyakan beragama Buddha, sejak militer melancarkan aksi balasan menanggapi serangan gerilyawan pada 25 Agustus, sebuah aksi balasan yang digambarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai upaya "pembersihan suku".

Sementara empat penumpang lainnya mengatakan bahwa mereka tidak melihat adanya obat terlarang yang diangkut di kapal tersebut. Namun Letnan Kolonel Ariful Islam mengatakan bahwa pasukan penjaga perbatasan telah menemukan obat terlarang dengan jumlah besar di perairan sekitar kapal pada Selasa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement