REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Tiga pria kelahiran Kolombia yang dituduh sengaja menerima jam tangan, cincin, dan batu mulia yang diambil dari serangkaian perampokan toko perhiasan di Melbourne terpaksa menyerahkan paspor mereka oleh petugas. Selanjutnya, pihak berwenang di Australia menahan aset mereka sebesar $ 20 juta (atau setara Rp 200 miliar).
Tiga bersaudara laki-laki yakni Alejandro Mendieta Blanco, 31 tahun, Julio Mendieta Blanco, 34 tahun, dan Chey Tenenboim, 36 tahun, dituduh menadah barang-barang curian dan dengan sengaja memiliki barang curian.
Polisi menggerebek sejumlah properti pada Kamis (5/10) lalu. Termasuk sebuah toko perhiasan di Melbourne serta sejumlah tempat tinggal pribadi di Southbank, Caulfield dan pusat kota, menyita emas dan perak, batu mulia serta uang tunai. Mereka juga menyita mobil Lamborghini mewah dari lokasi penggrebekan di pusat kota.
Pada Selasa (10/10), Pengadilan Magistrat Melbourne mengungkap bahwa aset sebesar $ 20 juta (atau setara Rp 200 miliar) juga ditahan.
Menyerahkan paspor
Kasus polisi ini akan mengandalkan bukti yang dikumpulkan melalui penyadapan telepon selama 19 ribu jam dan 1.200 jam rekaman lainnya yang dilakukan sejak akhir Agustus hingga minggu lalu. Lebih dari 30 toko perhiasan telah ditarget oleh geng pencuri dalam 12 bulan terakhir.
Hakim Timothy Bourke memerintahkan para pria tersebut muncul kembali di pengadilan pada bulan Januari. Mereka harus menyerahkan paspor mereka sebagai bagian dari persyaratan jaminan.
Berkas tuntutan mengungkap bahwa masing-masing pria menghadapi tiga tuduhan terpisah. Mereka dituduh menerima barang -yakni gelang, jam tangan, cincin, batu mulia dan barang lainnya -secara tidak jujur dan "mempercayai bahwa barang-barang itu ... adalah barang curian".
Tuduhan kedua dan ketiga terkait dengan hasil kejahatan.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.