Rabu 11 Oct 2017 09:16 WIB

Katalan Tunda Deklarasi Kemerdekaan

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Bendera Katalan (ilustrasi)
Foto: The Guardian
Bendera Katalan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Presiden Katalan, Carles Puigdemont mengatakan akan melanjutkan perundingan dengan pemerintah Spanyol dengan harapan bisa menyelesaikan konflik Puigdemont, mengajukan penundaan deklarasi kemerdekaan untuk memungkinkan perundingan dalam menyelesaikan krisis politik terburuk di Spanyol selama 40 tahun.

Menghadapi parlemen Katalan pada Selasa malam, Puigdemont mengatakan referendum telah memberi mandat kepada pemerintahnya untuk menciptakan sebuah republik yang berdaulat. Namun dia tidak akan segera mendesak kemerdekaan dari Spanyol.

"Kami mengusulkan penghentian efek deklarasi kemerdekaan selama beberapa pekan, untuk membuka masa dialog. Jika setiap orang bertindak secara bertanggung jawab, konflik bisa diselesaikan dengan cara yang tenang dan disepakati," ujar Puigdemont seperti dilansir The Guardian, Rabu (11/10).

Dalam pidato panjang di mana dia mengemukakan keluhan historis kawasan ini dengan negara bagian Spanyol, Puigdemont juga menyampaikan keprihatinan banyak orang di tempat lain di Spanyol. "Saya ingin mengirimkan pesan ketenangan dan rasa hormat; dari kehendak untuk dialog dan kesepakatan politik, "katanya.

Ia mengatakan warga Katalan bukanlah penjahat. "Kami adalah orang normal yang ingin bisa memilih dan siap menghadapi dialog apa pun yang diperlukan untuk melakukannya dengan cara yang disepakati bersama," tambahnya.

Pernyataan Puigdemont dengan cepat dikecam oleh pemerintah Spanyol dan pemimpin oposisi di parlemen Katalan. Wakil perdana menteri Spanyol, Soraya Senz de Santamara, menuduhnya menjatuhkan wilayah tersebut ke dalam ketidakpastian baru, .

Dia mengatakan kabinet akan mengadakan pertemuan darurat pada hari Rabu pagi dan mengesampingkan perundingan. Ia mengataan dialog antara kaum demokrat terjadi di dalam hukum, menghormati peraturan permainan dan tidak mewujudkannya seiring berjalannya waktu.

Meskipun Puigdemont awalnya berjanji untuk membuat sebuah deklarasi kemerdekaan sepihak dalam waktu 48 jam setelah referendum, tetapi dia malah memilih untuk mencari bantuan internasional untuk negosiasi yang dimediasi dengan pemerintah Madrid.

Pidatonya ditunda lebih dari satu jam karena pemerintah tampaknya berusaha untuk mendapatkan mediasi tersebut. Juru bicara pemerintah Katalan mengkonfirmasi bahwa upaya mediasi sedang berlangsung tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Beberapa jam sebelum pengumuman tersebut, Donald Tusk, presiden dewan Eropa, meminta kepada Puigdemont untuk mundur dari deklarasi kemerdekaan sepihak dan memulai dialog dengan perdana menteri Spanyol, Mariano Rajoy.

Tusk, mantan perdana menteri Polandia yang memperjuangkan kemerdekaan negaranya dari Uni Soviet, mengatakan bahwa dia berbicara baik sebagai anggota etnis minoritas Kashubia. "Hari ini, saya meminta Anda untuk menghormati, sesuai keinginan, perintah konstitusional dan tidak mengumumkan keputusan yang membuat dialog semacam itu tidak mungkin dilakukan," katanya.

Ia mengatakan keanekaragaman seharusnya tidak menimbulkan konflik karena berakibat buruk bagi orang Katalan, Spanyol dan seluruh Eropa. Menjelang pengumuman tersebut, polisi telah ditempatkan di luar gedung pemerintah di Barcelona dan telah menutup taman Ciutadella di sekitar parlemen.

Ribuan aktivis kemerdekaan, berkumpul di dekatnya untuk menyaksikan sesi parlemen di layar raksasa saat helikopter polisi melayang di atas kepala. Di belakang mereka, tepat di depan Arc de Triomf Barcelona, berdiri hampir tiga lusin traktor yang telah dibawa ke kota dalam sebuah pertunjukan dukungan petani untuk kedaulatan Katalan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement