Senin 30 Oct 2017 00:17 WIB

Industri Fashion Australia Didesak Akhiri Eksploitasi Buruh Luar Negeri

 Fatima memiliki pendapatan hanya 43 sen per jam bekerja di pabrik pembuatan pakaian untuk merek terkenal seperti Big W dan H&M.
Foto:

Laporan Oxfam itu mengatakan Fatimah sering tidak punya makanan dan tidur di lantai beton di sebuah apartemen dengan 10 orang lainnya.

Pekerja garmen H&M

Direktur Eksekutif Oxfam Australia, Helen Szoke mengatakan meski biaya hidup di negara-negara tertentu lebih rendah, gaji yang dibayarkan di industri garmen masih tidak memungkinkan seorang pekerja untuk menutupi biaya kebutuhan hidup dasarnya, seperti makanan dan perumahan.

"Ini terutama para pekerja wanita yang bekerja di Bangladesh, Vietnam dan Indonesia yang tidak dapat membeli bahan kebutuhan dasar seperti makanan dan rumah yang aman. Namun mereka harus bekerja berjam-jam, seringkali enam hari dalam seminggu, menghasilkan pakaian yang dikenakan orang Australia di punggung mereka," kata Helen Szoke.

Dia mengatakan pengecer terbesar di Australia harus memastikan pekerja di luar negeri memiliki pendapatan yang mencukupi untuk hidup mereka. "Deloitte memperkirakan jika perusahaan-perusahaan besar berhasil memenuhi seluruh biaya upah yang layak bagi pekerjanya, itu hanya akan meningkatkan harga pakaian yang dijual di Australia sebesar satu persen," kata Helen Szoke.

Dia mengatakan biaya itu harus diserap oleh perusahaan dan tidak diteruskan ke pembeli.

Pekerja Garmen tidur di lantai
Oxfam mengatakan Fatima tidur di lantai di sebuah apartemen berbagi dengan 10 pekerja lainnya.

Supplied: Oxfam Australia

Industri busana Australia menghasilkan lebih dari 27 miliar dolar AS atau Rp 282 triliun sepanjang tahun lalu. "Merek itu memiliki kekuatan untuk memastikan para pekerja mereka dibayar cukup untuk hidup dengan bermartabat," kata Helen Szoke.

Upah minimum di Vietnam setara dengan 64 sen per jam. Di Cina upahnya 93 sen dan di Bangladesh serendah hingga 39 sen per jam. Namun, laporan Organisasi Perburuhan Internasional baru-baru ini menemukan sebagian besar pekerja di sektor garmen, alas kaki dan tekstil di negara-negara yang mengekspor ke Australia dibayar di bawah upah minimum. Target, Kmart, Woolworths Group, Cotton On dan the Just Group semua mencantumkan lokasi pabrik mereka di situs mereka.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/oxfam-australia-desak-industri-fashion-akhiri-eksploitasi/9097524
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement