REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kepolisian Israel kembali menempatkan beberapa kamera pengawas di Gerbang Dewan Masjid al-Aqsha, Senin (6/11). Pemasangan kamera ini dimaksudkan untuk memantau masuk dan keluarnya warga Palestina di area tersebut. Hal ini dikonfirmasi oleh Direktur Akademi Ilmu Pengetahuan dan Warisan al-Aqsha Syekh Najeh Bkeerat.
"Kepolisian Israel menempatkan kamera untuk memantau pergerakan orang-orang yang masuk dan keluar Masjid Al-Aqsha dan untuk membatasi pegerakan warga Yerusalem, terutama di Kota Tua," ungkapnya, dilaporkan laman Middle East Monitor.
Kantor berita Safa melaporkan bahwa Menteri Dalam Negeri Israel Gilad Erdan mengatakan bahwa dirinya sedang mempersiapkan sebuah skema keamanan untuk mencegah serangan-serangan oleh warga Palestina di Kota Tua Yerusalem. Rencana ini termasuk memperketat pagar keamanan di Gerbang Damaskus dan Kota Tua dengan mendirikan sebuah pos pemeriksaan yang menyerupai pos pemeriksaan militer.
Menurut Bkeerat rencana skema keamanan Israel ini tentu sangat berbahaya dan akan menimbulkan kejadian-kejadian buruk. "Ini adalah pengumuman perang di Masjid Al-Aqsha (oleh Israel), untuk membaginya dan mencoba memaksa orang-orang Yerusalem keluar dari Kota Tua dan dari sekitar tempat suci," ujarnya.
Pada Juli lalu, Israel sempat mengoperasikan kamera pengintai dan detektor logam di kompleks Masjid al-Aqsha. Hal tersebut dilakukan setelah dua polisi Israel tewas diserang tiga warga Palestina. Ketiga warga Palestina itu pun tewas ditembak polisi Israel tak lama setelah penyerangan dilakukan.
Israel kemudian memutuskan untuk mencabut sistem keamanannnya yang diterapkan di Masjid al-Aqsha setelah terjadi gelombang demonstrasi oleh warga Palestina di sana. Demonstrasi itu juga sempat berujung bentrokan yang menyebabkan empat warga Palestina tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat terhantam peluru karet polisi Israel.