REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Laporan seorang warga membuat polisi berhasil mengungkap salah satu kasus pelecehan dan eksploitasi seksual terburuk di Australia Barat. Kasus ini dikenal sebagai "Evil 8".
Ini kisah seorang remaja putri, diperkosa ayah kandungnya sendiri selama dua tahun saat berusia antara 11 dan 13 tahun, yang juga ditawarkan kepada para pria hidung belang melalui internet. Meski pelapor kasus ini tak diketahui namanya, dapat dikatakan dia telah menyelamatkan anak tersebut dari pelecehan lebih lanjut, membuka tabir kengerian dari kasus yang kini dikenal dengan sebutan "Evil 8".
Penderitaan yang dialami remaja ini pertama kali terungkap pada konferensi pers satuan Child Abuse Squad pada Juli 2015. Apa yang disampaikan saat itu nyaris tidak bisa dipercaya.
Delapan pria telah jadi tersangka atas ratusan pelanggaran, terlibat dan difasilitasi oleh ayah korban yang mengatur agar mereka dapat bertemu di berbagai lokasi sehingga putrinya dapat dilecehkan.
Ratusan ribu video dan jutaan gambar tidak senonoh - yang oleh Inspektur Glenn Feeney disebut sebagai "bahan menjijikkan" - turut disita. "Tidak ada kata-kata untuk menggambarkan hal ini," kata Inspektur Feeney.
"Dalam hal ini kami berhasil menyelamatkan anak berusia 13 tahun," ujarnya.
"Dia diselamatkan dari situasi mengerikan ini," tambahnya.
Tujuh pria pelaku itu tidak saling mengenal. Satu-satunya yang menghubungkan mereka adalah ayah korban.
Pria pinggiran kota mengincar remaja putri
Satu per satu, kasus para pelaku ini masuk ke pengadilan. Dan yang terungkap adalah mereka merupakan para pria pinggiran kota yang relatif normal, beberapa di antaranya memiliki anak dan istri, yang kesemuanya berhubungan dengan ayah korban melalui internet.
Enam di antara mereka telah mengaku bersalah, termasuk ayah korban, yang namanya tidak bisa disebutkan demi melindungi nama anaknya. Pada awal penyelidikan kasus ini di 2015 dan sebelum seluruh kejahatannya diketahui, ayah korban mendapatkan status tahanan luar dengan syarat tidak boleh mendekati putrinya dalam jarak 100 meter.
Dia ditangkap beberapa hari kemudian, saat duduk di sebuah mobil bersama putrinya dalam pertemuan yang dia atur sebelumnya usai mendatangi sekolah anaknya. Pengadilan akhirnya menvonis orang ini 22,5 tahun penjara.
Vonis berat lainnya - hampir 13 tahun penjara - dijatuhkan kepada Ryan Trevor Clegg, yang melecehkan remaja itu empat kali, mengambil foto-foto tidak senonoh dan membagikannya di internet. Pelaku lainnya mantan pendeta Dawid Volmer divonis hukuman 10,5 tahun penjara setelah mengakui sejumlah dakwaan termasuk memberi zat memabukkan ke remaja itu sehingga dia bisa melecehkannya.
Dalam wawancara polisi dengan korban, dia menggambarkan Volmer sebagai "pemijat" yang dia percaya sedang memeras ayahnya, dan karena itu dia harus terus menemuinya. Dalam sidang vonis Volmer terungkap klaim pemerasan itu kebohongan yang dikarang ayah korban untuk memastikan putrinya tidak melawan.
Dibelenggu di ranjang, difoto telanjang di lokasi tambang
Pelaku lainnya Nicholas Beer bertemu dua kali dengan korban. Beer membelenggu korban di ranjang, mengenakan topeng ke korban kemudian difoto dan direkam. Dalam sidang vonis Beer terungkap bahwa pada satu titik, remaja tersebut meminta ayahnya untuk "berhenti".
Beer dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara. Sementara pria asal Bunbury bernama Troy Phillip Milbourne dijatuhi hukuman lima tahun tiga bulan penjara.
Milbourne digambarkan dalam persidangan sebagai "pria kesepian" yang melecehkan korban setelah membaca iklan yang telah dibuat ayah korban. Seorang pelaku lainnya fotografer Benjamin Simon Clarke mendapatkan hukuman paling ringan.
Clarke divonis tiga tahun penjara karena terbukti secara tidak senonoh melecehkan remaja itu saat berbaring telanjang di kasur serta mengambil foto telanjang dan semitelanjang korban di lokasi tambang yang tidak digunakan lagi.
Sedangkan pria ketujuh, Mark Lesley Wiggins, sebenarnya tidak melecehkan remaja tersebut. Dia tersangkut dalam kasus ini karena dia menghubungi ayah korban, tapi sama sekali belum pernah bertemu dengan mereka.
Namun Wiggins mengaku bersalah dan divonis lebih dari dua tahun karena menggunakan chat room untuk menghubungi lima gadis muda lainnya yang dia minta foto-foto telanjang dan semitelanjang mereka.
Yang membantah dan melarikan diri
Pria kedelapan, Alfred John Impicciatore, merupakan satu-satunya dalam kelompok ini yang mengaku tidak bersalah dan melawan dakwaan terhadapnya. Dia berusaha keras sejak awal.
Impicciatore terlambat hadir dalam persidangan pertamanya kemudian terus menunda kasusnya dengan mengganti-ganti pengacara dan berulang-ulang tidak hadir di persidangan. Pada bulan April 2017, pengacara Impicciatore, Mara Barone mengatakan kasus harus dihentikan karena "kelalaian" polisi.
Sebelum petugas mewawancarainya melalui video, mereka menahannya sebagai tersangka lebih lama dari yang dibolehkan UU. Barone berpendapat bahwa hal itu membuat isi wawancara - dimana dia mengakui kejahatannya - tidak dapat diterima sebagai bukti di persidangan.
Tapi keberatan pengacara itu ditolak dan persidangan Impicciatore kemudian dijadwalkan bulan Mei 2017. Namun ketika para juri menunggu dimulainya persidangan, terungkap Impicciatore tidak hadir di pengadilan.
Ia ditemukan tiga hari kemudian di Wilayah Hunter New South Wales (NSW) dan dibawa kembali ke Australia Barat untuk ditahan sampai kasusnya selesai.
Persidangannya berlangsung akhir minggu lalu dan, untuk pertama kalinya, video wawancara korban dengan polisi berisi kejadian yang menimpanya disiarkan ke publik untuk pertama kalinya.
'Anak bermasalah yang putus asa'
Dalam rekaman itu, korban dengan suara lembut menceritakan mengenai "pria gemuk" dengan "wajah bulat" dan mengaku punya anjing hitam kecil.
Korban mengisahkan ayahnya tetap tinggal bersamanya guna memastikan dia baik-baik saja dan pria itu tidak terlalu kasar terhadapnya, namun yang tidak dia sebutkan adalah ayahnya juga turut berperan dalam pelecehan tersebut.
Hal itu merupakan akibat dari apa yang disebut jaksa sebagai "anak bermasalah yang putus asa".
Terdakwa Impicciatore mengaku ayah korban memberitahunya anaknya berusia 17 tahun, namun dalihnya ini ditolak. Hakim Mark Herron menolak argumen terdakwa pengakuannya dalam BAP tidak dapat diandalkan karena dia lelah, stres dan demam, dan memberi tahu polisi apa yang ingin mereka dengar.
Yang juga memberatkan terdakwa adalah bukti DNA yang cocok dengan yang ditemukan pada pembungkus kondom di meja samping ranjang di rumah korban.
Vonis Impicciatore akan dijatuhkan dalam persidangan Maret tahun depan, setelah laporan psikologis dan psikiatrinya selesai, dalam babak terakhir salah satu kasus paling mengerikan ini di pengadilan Australia Barat.
Sedangkan untuk korban, Hakim Herron mengatakan bahwa buktinya harus dilihat dalam konteks dia didorong oleh ayahnya untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan seksual. "Dia seorang anak yang baru berusia 13 tahun. Aktivitas yang dia gambarkan digambarkannya dengan cara terpisah dan tanpa emosi, seolah-olah aktivitas tersebut normal saja," katanya.
"Dia menjelaskan aktivitas seksual dalam bahasa eksplisit yang seorang gadis berusia 13 tidak saya harapkan bisa menjelaskannya. Dia tidak berusaha untuk menambah atau melebih-lebihkan apa yang terjadi padanya," tutur Hakim Herron.
Tidak diketahui apa yang telah terjadi pada remaja putri tersebut, yang bulan ini berusia 16 tahun. Namun dalam konferensi pers ketika kasusnya pertama kali terungkap, polisi saat itu mengatakan remaja ini sekarang "aman" dan "menerima perawatan yang dia butuhkan".
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.