REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pada hari mantan Presiden AS John F Kennedy terbunuh di Dallas pada 1963, CIA ternyata sedang melakukan upaya percobaan pembunuhan terhadap pemimpin Kuba Fidel Castro. Beruntung Castro berhasil selamat dari pena beracun yang disediakan CIA dan melanjutkan kekuasaan di Kuba selama lebih dari lima dekade.
Percobaan pembunuhan pemimpin komunis Kuba itu terungkap dalam sekumpulan dokumen baru yang terkait dengan kasus pembunuhan Kennedy. Arsip Nasional telah mengungkap ribuan dokumen ke publik yang membantu memperjelas upaya pemerintah untuk menyelidiki kematian Kennedy dan geopolitik Perang Dingin.
Menurut sebuah dokumen yang baru dirilis, pada 22 November 1963, seorang perwira CIA di Paris mengeluarkan sebuah pena yang dipasangi jarum suntik hipodermik saat bertemu dengan Castro. "Bukti menunjukkan pertemuan tersebut sedang berlangsung saat Presiden Kennedy ditembak," tulis dokumen tersebut.
Dokumen yang berjudul "Laporan Plot Pembunuhan Fidel Castro" 1967 itu menunjukkan, pembunuhan Castro telah menjadi obsesi Presiden Kennedy. "Kami tidak dapat menguraikan sejauh mana lembaga yang bertanggung jawab itu harus tunduk pada tekanan berat pemerintahan Kennedy untuk melakukan sesuatu terhadap Castro dan rezimnya," kata laporan itu.
Dilansir dari The Independent, plot pembunuhan lainnya yang diungkapkan adalah saat Castro diminta untuk menelan pil racun. Pil itu dipasok ke anggota sindikat perjudian yang bekerja atas nama CIA dan kemudian dikirim ke pengasingan Castro di Florida.
CIA juga pernah memberi hadiah kepada Castro sebuah baju selam beracun. Castro bahkan pernah mendapatkan bom jenis bobby trap yang akan meledak jika diangkat tuasnya.
Castro bukan satu-satunya pemimpin dunia yang ditargetkan CIA. Ringkasan dokumen berjudul "Keterlibatan CIA dalam Rencana Pembunuhan Para Pemimpin Dunia" mengungkapkan pemimpin Dominika Rafael Trujillo juga menjadi target.
Namun dokumen tersebut menggarisbawahi fokus CIA untuk mengganggu Kuba dan meruntuhkan Castro. Banyak dari upaya tersebut yang telah memicu pemberontakan rakyat yang hampir menggulingkan pemimpin revolusioner tersebut.