Kamis 23 Nov 2017 07:31 WIB

Tangani Kejahatan terhadap Perempuan, Polisi Delhi Bentuk Regu Wanita

Rep: farah noersativa/ Red: Budi Raharjo
Korban perkosaan (ilustrasi).
Foto: Archive.indianexpress.com
Korban perkosaan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,DELHI -- Pasukan kepolisian Delhi membentuk regu motor wanita dalam upaya mengatasi kejahatan yang meningkat terhadap perempuan, terutama di gang-gang sempit kota. Diberitakan the Guardian, Kamis (23/11), Patroli yang disebut Raftaar (Speed), akan mengerahkan perwira wanita terlatih dengan 600 sepeda motor mulai Desember mendatang.

Mereka akan membawa senjata, kamera tubuh, semprotan merica dan pistol setrum, berpatroli di daerah padat kota yang berpasangan. Diharapkan kehadiran mereka akan menghalangi pelanggar dan mengamankan wanita di Delhi.

Mereka juga adalah para wanita yang memimpin demonstrasi menentang serangan seksual lima tahun lalu, soal pemerkosaan oleh geng brutal di Delhi. Penelitian yang dirilis bulan ini menemukan bahwa para wanita yang melaporkan kejahatan tersebut masih secara rutin dilecehkan oleh polisi atau diganggu untuk diam.

Pada 2016, lebih dari 2.150 pemerkosaan tercatat di Delhi. Angka itu meningkat 67 persen dari tahun 2012, menurut data polisi. Sebuah jajak pendapat oleh Thomson Reuters Foundation pada bulan Oktober menemukan bahwa Delhi, bersama dengan So Paulo di Brazil, adalah kota terburuk di dunia untuk kekerasan seksual terhadap perempuan. Hal itu menyebabkan negara India memiliki predikat metropolis sebagai "pusat pemerkosaan" India.

Kritikus juga sering mengeluhkan bahwa hanya ada sedikit petugas polisi untuk populasi 26 juta penduduk di kota tersebut. Bahkan jika kejahatan dilaporkan, mereka tidak ditangani dengan benar.

Di beberapa distrik di Delhi, jalur yang dimiliki begitu sempit sehingga tidak diterangi matahari. Kedekatan fisik orang-orang yang bepergian melalui lorong-lorong ini memudahkan pelanggar untuk meraba-raba atau melecehkan wanita secara seksual.

Dependra Pathak, juru bicara kepala polisi Delhi, mengatakan jika seorang wanita memanggil pasukan tersebut, van patroli tidak mungkin melewati ruang sempit. Sehingga dengan sepeda motor menjadi satu-satunya kendaraan yang bisa menyesuaikan jalur dan kemacetan lalu lintas.

Pasukan sepeda motor, katanya, dengan peralatan hi-tech, akan meningkatkan visibilitas di jalanan dan melindungi wanita. Sebab, mereka akan menempuh jalur sempit dan memiliki GPS.

Pasukan ini akan memiliki waktu respon lebih cepat daripada van patroli. "Pihak kepolisian berrencana mengaktifkan pasukan ini di daerah-daerah seperti area universitas dimana banyak siswa perempuan," kata Pathak.

Ravi Kant, Presiden Kelompok Hak Asasi Manusia, Shakti Vahinihuman, mengatakan bahwa tindakan tersebut merupakan reaksi yang tergesa-gesa tanpa pertimbangan.

"Kejahatan meningkat karena penegakan hukum yang buruk. Penjahat tahu mereka bisa lolos begitu saja karena penyelidikan polisi sangat buruk sehingga hampir tidak ada orang yang dihukum di pengadilan. Kami butuh rencana aksi holistik, bukan reaksi semacam ini, "katanya.

Pengadilan tinggi Delhi telah memerintahkan kepolisian kota tersebut untuk mengembangkan strategi untuk menangani kejahatan terhadap perempuan, setelah kegagalan berulang untuk mencegah kasus tersebut. Hakim telah memerintahkan komisaris polisi untuk mempresentasikan rencana penuhnya di pengadilan pada tanggal 11 Desember mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement