REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Menurut keterangan Menteri Komunikasi Australia, Dewan Direksi media ABC akan diminta mempertimbangkan keputusan radio Triple J yang memindahkan hari penayangan program tangga lagu 'Hottest 100' -yang sangat terkenal di Australia -dari tanggal semula 26 Januari, yang bertepatan dengan Australia Day (hari bersejarah untuk warga Australia).
Perubahan jadwal itu diumumkan pada Senin (27/11) dan menyebabkan kegaduhan di antara para politisi Australia. Beberapa di antaranya bahkan menuduh ABC berupaya 'mendelegitimasi' atau mengurangi keabsahan Australia Day.
Triple J adalah salah satu radio yang dimiliki ABC yang biasanya menyiarkan musik-musik alternatif bagi anak-anak muda berusia antara 18-35 tahun di Australia.
Manajemen radio Triple J berpendapat program tangga lagu 'Hottest 100' (100 teratas) tak dibuat sebagai perayaan Australia Day, dan pihak mereka telah berkonsultasi dengan para pendengar, industri musik serta warga Aborigin tentang perlunya perubahan jadwal program tersebut.
"Hanya ada segelintir orang yang punya masalah dengan fakta bahwa Australia Day dirayakan pada 26 Januari," kata Menteri Komunikasi Mitch Fifield.
"Saya sudah menerangkan pandangan saya secara jelas ke ABC."
"Dan saya akan menanyai dewan direksi ABC yang mengemban program secara keseluruhan serta tanggung jawab editorial untuk mempertimbangkan hal ini."
Sebuah pernyataan dari Dewan Direksi ABC yang diterbitkan Selasa (28/11/2017) menyebutkan, keputusan untuk mengubah jadwal penayangan program tangga lagu itu akan 'menguntungkan semua orang'.
"Komunitas Triple J terus merayakan tangga lagu ini serta musiknya yang bagus, yang kini diputar selama akhir pekan yang diperpanjang, sementara jaringan media itu punya lebih banyak waktu untuk bergabung dengan tim ABC lainnya menyediakan program peliputan Australia Day yang komprehensif," demikian bunyi pernyataan tersebut.
"Program di 2018 milik radio itu akan meliputi wawancara dengan peraih penghargaan 'Young Australian of the Year' dan berlanjut ke aktivitas Australia Day lainnya, termasuk acara khas Aborigin seperti Yabun."
Pengumuman yang dikeluarkan stasiun radio itu pada Senin (27/11) lalu termasuk rencana program spesial mereka untuk Australia Day 2018. Radio itu akan menyiarkan artis Australia sepanjang hari dan menampilkan acara seperti upacara pengucapan sumpah warga negara baru serta pertandingan kriket internasional antara Australia melawan Inggris.
Fifield awalnya mengatakan, ia merasa 'bingung' akan keputusan Senin (27/11) itu. "ABC seharusnya tidak menimbulkan perdebatan ini," ujarnya dalam sebuah pernyataan.
"Australia Day adalah hari nasional kami. ABC seharusnya menghormati itu dan tak mengubah jadwal (tangga lagu) 'Hottest 100'."
Anggota Parlemen asal Partai Liberal lainnya, yakni Alex Hawke, juga menyatakan kekecewaannya atas keputusan tersebut dalam sebuah wawancara yang disiarkan di program berita stasiun radio itu, Hack.
"Susah untuk melihatnya tak diinterpretasikan secara politik," kata Hawke.
"Ada pembicaraan yang dimulai kelompok pemrotes tentang Australia Day yang diperingati tanggal 26 Januari, dan tak ada alasan jelas mengapa kita harus memindahkan tangga lagu 'Hottest 100' dari tanggal 26 Januari, yang merupakan Australia Day."
"Saya tak memahaminya. Saya pikir Pemerintah tak memahaminya."
"Pandangan Pemerintah adalah Australia Day seharusnya terus diperingati tiap 26 Januari dan itu adalah hari yang tepat untuk menandai hal-hal baik tentang sejarah kita dan hal-hal yang tak begitu baik tentang sejarah kita."
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.