Rabu 29 Nov 2017 09:28 WIB

Kunjungi Saudi, PM Inggris Desak Pencabutan Blokade Yaman

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Elba Damhuri
Efek serangan rudal scud milisi Houthi.
Foto: www.aa.com.tr
Efek serangan rudal scud milisi Houthi.

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN - Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May telah tiba di Timur Tengah untuk melakukan kunjungan selama tiga hari. Ia akan mengunjungi Arab Saudi untuk mendesak negara tersebut agar segera mengakhiri blokade terhadap Yaman, yang menurut kelompok kemanusiaan telah menyebabkan krisis kelaparan parah.

May mendarat di Amman, ibu kota Yordania, pada Selasa (28/11). Pada Rabu (29/11) dia akan pergi ke Riyadh dan akan bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk membahas situasi yang memburuk di Yaman, serta reformasi sosial dan perselisihan dengan negara tersebut.

Arab Saudi telah terlibat dalam konflik yang berlangsung selama tiga tahun di Yaman. Pasukan koalisi pimpinan negara tersebut juga menghadapi tuduhan pelanggaran HAM terhadap warga sipil saat mereka memerangi pemberontak Houthi.

Situasi kemanusiaan yang kritis kini semakin memburuk dengan adanya blokade jalur masuk ke Yaman, yang telah menghentikan pasokan bantuan. Pekan lalu, mantan Menteri Pembangunan Konservatif Inggris, Andrew Mitchell, mengatakan Inggris terlibat dalam bahaya dengan adanya kebijakan Arab Saudi yang secara langsung telah memicu kelaparan.

Berbicara kepada wartawan dalam penerbangannya ke Yordania, May menjelaskan keputusannya untuk mengunjungi Arab Saudi untuk kedua kalinya dalam waktu lebih dari enam bulan. Ia berharap kunjungannya ini dapat mengubah pendirian Arab Saudi di Yaman.

"Membangun hubungan kita dengan mereka memungkinkan kita untuk mendapatkan pemahaman yang lebih besar yang memungkinkan kita untuk menangani masalah-masalah yang menjadi perhatian kita," kata May, dikutip The Guardian.

May mengatakan situasi di Yaman akan menjadi inti pembicaraan dengan Putra Mahkota Mohammed. Mohammed telah memperkuat kekuasaannya di awal bulan ini dengan menangkap 11 pangeran senior dan tokoh berpengaruh lainnya dalam kampanye anti-korupsi.

"Kami sangat prihatin dengan situasi kemanusiaan di Yaman. Inggris sekarang, menurut saya, telah menjadi negara donor bantuan kemanusiaan bilateral terbesar ketiga ke Yaman. Kami sangat jelas, kami ingin adanya akses kemanusiaan dan komersial penuh ke pelabuhan Hodeida, dan jelas itu adalah masalah yang akan saya bahas saat berada di Arab Saudi," jelasnya.

Mohammed berada di balik rencana reformasi politik dan sosial yang diperdebatkan di Arab Saudi, yang dikenal sebagai Vision 2030. Rencana ini telah membawa kemajuan dalam jumlah kecil, terutama kebijakan yang memungkinkan perempuan untuk mengemudi.

Ketika ditanya apakah dia optimis dengan rencana tersebut, May mengatakan dia berharap rencana itu dapat membawa perubahan. "Jelas, dia adalah seseorang yang memiliki visi yang sangat jelas, Vision 2030, untuk masa depan Arab Saudi, dan kami telah melihat beberapa perubahan, misalnya wanita yang diijinkan menyetir," ujar May.

Pada Kamis (30/11), May akan kembali ke Amman untuk melakukan pembicaraan dengan Raja Yordania Abdullah dan Perdana Menteri Hani al-Mulki, terutama untuk membahas kerja sama ekonomi. Ia juga akan bertemu sejumlah perempuan dari proyek pemberdayaan ekonomi perempuan yang didanai sebagian oleh Departemen Pembangunan Internasional dan berpidato dihadapan anggota parlemen, pemimpin bisnis, dan media.

"Kami sekarang ingin fokus pada hubungan jangka panjang kami dengan Yordania dan mendukung mereka dalam reformasi ekonomi yang akan memastikan stabilitas jangka panjang mereka," jelas May.

Perjalanan May ini dianggap sebagai kesempatan bagi Inggris untuk memperkuat hubungan di wilayah tersebut setelah dikeluarkannya ISIS dari Mosul dan runtuhnya kekhalifahan organisasi tersebut. Hal ini juga dilihat sebagai kesempatan bagi May untuk meningkatkan pengaruh Inggris di Timur Tengah menjelang Brexit.

"Seiring dengan tibanya waktu Inggris untuj meninggalkan Uni Eropa, kita harus membangun, menciptakan, dan menempa masa depan baru yang percaya diri, masa depan yang berani bagi diri kita sendiri di dunia ini," kata dia.

sumber : Reuters/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement