REPUBLIKA.CO.ID,SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) melakukan latihan udara gabungan terbesar pada Senin (4/12). Latihan ini dilakukan sepekan setelah Korea Utara (Korut) menguji rudal balistik antarbenua (ICBM) tercanggihnya pada Rabu (29/11) dini hari.
Latihan gabungan yang dinamai Vigilant Ace ini akan berlangsung hingga Jumat (8/12) mendatang. Enam pesawat tempur siluman F-22 Raptor akan dikerahkan bersama lebih dari 230 pesawat lainnya.
Juru bicara Angkatan Udara AS yang berbasis di Korsel mengatakan pesawat tempur F-35 juga akan mengikuti latihan tersebut. Media Korsel melaporkan, pesawat pembom Lancer B-1B diperkirakan juga akan dikerahkan.
Sekitar 12 ribu anggota militer AS, termasuk dari Marinir dan Angkatan Laut, akan bergabung dengan pasukan Korsel. Pesawat yang ambil bagian akan diterbangkan dari delapan instalasi militer AS dan Korsel.
Latihan gabungan ini dirancang untuk meningkatkan kesiapan dan kemampuan operasional militer kedua negara. Latihan juga akan memastikan perdamaian dan keamanan di semenanjung Korea.
Korut memperingatkan, latihan gabungan tersebut akan mendorong ketegangan di semenanjung Korea. Komite Korut untuk Reunifikasi Damai Negara mengatakan latihan tersebut akan mendorong situasi yang sudah akut di semenanjung Korea sampai ke ambang perang nuklir.